TEMPO.CO , Jakarta: Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi badai Narelle yang ditandai turunnya hujan dengan tiupan angin kencang segera menjauh dari perairan Indonesia, khususnya Kepulauan Bali dan sekitarnya. Namun, lembaga itu tetap mengingatkan warga tetap waspada terhadap datangnya badai tersebut.
“Badai itu mulai menjauh dari Indonesia, tetapi suhu permukaan laut masih hangat. Jadinya, masih tinggi dan berpeluang hujan,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Edvin Aldrian, kepada Tempo, Sabtu, 12 Januari 2013.
Menurut Edvin, kondisi hujan masih berlangsung di sebagian Indonesia hingga satu pekan ke depan. Masih berlangsungnya kondisi cuaca dingin di bumi belahan utara dan sangat panas dibumi bagian selatan, menyebabkan wilayah tropis Indonesia berpotensi sangat basah. “Kelihatannya masih bertahan cukup lama, minimal seminggu ke depan,” kata dia.
Akibat kondisi itu, khusus Kepulaun Jawa bagian selatan, cuaca hujan dengan suhu ektrim masih berlangsung hingga satu ke depan. Sementara untuk wilayah Bali dan sekitarnya, membuncahnya badai Narelle yang terjadi awal pekan ini diprediksi mulai mereda.
Sebelumnya, badai Narelle yang berkecapatan angin 10-45 kilometer per jam terus melintasi wilayah Bali dalam dalam tiga hari terakhir. Kondisi itu menyebabkan beberapa wilayah Bali tergenang banjir dan tanah longsor. Meski melintas, namun dampak yang ditimbulkan cukup mengkhawatirkan.
Selain banjir dan longsor, sejumlah bangunan pun roboh disapu angin kencang di Desa Dangin Puri Kaja, Jalan Nangka, Denpasar. Bahkan dilaporkan sebuah tembok beton setinggi 3,5 meter dengan panjang 60 meter roboh dan menimpa 6 rumah, 8 sepeda motor, serta melukai 2 orang warga.
JAYADI SUPRIADIN