TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 15 ribu massa buruh berunjuk rasa mengepung Istana Merdeka. Para pedagang kaki lima (PKL) tak ingin ketinggalan peluang. "Saya sudah laku setengah, alhamdulillah," ujar Rohimin, 55 tahun, pedagang es cendol, Selasa, 1 September 2015.
Rohimin ketiban untung saat demo ini. Seharian berjualan di depan Monas, ia sudah mengantongi sekitar Rp 200 ribu. Padahal, di hari-hari biasa ia sulit mendapatkan Rp 200 ribu hanya dengan duduk diam.
Rohimin biasa berjualan es cendol keliling di Tanah Abang. Sehari-hari, ia berjualan dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00, dan sering kali tak habis. Pagi tadi, ia membaca berita di koran akan ada demo buruh di Istana Merdeka. Seusai membaca koran, ia langsung beradu untung ke Monas.
Rohimin mencari tempat di bawah pohon rindang di taman. Ia tak perlu berkeliling, pembelilah yang berkeliling, memilih jajanan lalu duduk di depan gerobak penjajanya. Sekitar enam orang duduk di depan Rohimin, menunggu Rohimin membawakan segelas cendol manis. Satu gelasnya ia jual seharga Rp 5 ribu.
Oman, 43 tahun, juga sedang dinaungi Dewi Fortuna. Ia menjajakan es teh dalam gelas plastik. Dalam satu nampan, ada 14 gelas dapat dimuat sekali angkut. Oman adalah penjaja es yang sehari-hari berjualan di dalam Monas. Untuk hari ini, ia menjemput bola, menawari satu per satu buruh.
Menurut Oman, dalam sehari ia bisa mendapatkan untung Rp 150-250 ribu. "Tapi hari ini dua kali lipat untungnya," sambil tersenyum lebar. Sekitar pukul 13.00, tinggal tersisa dua gelas di nampan kayunya, ia berencana kembali lagi ke lapak di dalam Monas untuk dijajakan ke para buruh yang masih berunjuk rasa di depan Istana Merdeka.
DINI PRAMITA