TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Alumni Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Benny J. Mamoto, mengatakan penertiban Kalijodo bisa menjadi contoh yang baik untuk menertibkan wilayah-wilayah lain.
"Misalnya, bagaimana mengatasi tokoh seperti Daeng Azis yang sudah berkuasa," katanya dalam diskusi Kamisan di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Kamis, 3 Maret 2016.
Menurut Benny, dalam penertiban ini, perlawanan semata-mata dilakukan oleh pihak yang kehilangan penghasilan besar, seperti Daeng Azis. Menurut dia, pola ini bisa dipelajari oleh warga yang memiliki kepentingan, jika mereka akan melawan.
Sementara itu, penduduk lain, yang juga ikut digusur, tidak melawan. Mereka bersedia pindah karena disediakan fasilitas, seperti sekolah untuk anak-anak dan tempat tinggal.
Benny menjelaskan, pembongkaran Kalijodo berlangsung cepat dan efektif. Namun, menurut dia, kekurangan pemerintah adalah perihal sosialisasi. "Yang terkesan langsung tempel-tempel (surat peringatan). Seharusnya bisa dilakukan lebih awal," tuturnya.
Menurut dia, diperlukan pendampingan untuk warga Kalijodo yang berpindah ke rumah susun. "Mereka butuh dibantu lembaga swadaya masyarakat untuk memberikan dukungan berupa pelatihan," ucapnya.
Pemerintah DKI Jakarta membongkar kawasan hiburan malam Kalijodo yang berlokasi di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, dan Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Senin, 29 Februari 2016. Rencananya, di lahan milik negara itu, akan dibangun jalur hijau.
REZKI ALVIONITASARI