TEMPO.CO, Bogor - Tim Berantas Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Bogor Kota menangkap 14 orang tersangka bandar dan pengguna narkoba serta psikotropika di wilayah hukum Kota Bogor. Mereka ditangkap saat operasi bersih narkoba (Bersinar Lodaya 2016) selama sepekan.
Wakil Kepala Kepolisian Resor Bogor Kota Komisaris Setya Widhy mengatakan, dari tangan tersangka yang ditangkap, polisi menyita 12,13 gram sabu-sabu, tujuh butir ekstasi, dan 3.300 butir obat penenang yang biasa digunakan oleh anak jalanan di Kota Bogor. "Bahkan, petugas pun menangkap dua perempuan yang berprofesi sebagai pemandu lagu (PL) yang sedang berpesta sabu-sabu bersama empat rekannya di dalam kos," katanya saat ditemui di Mapolres Bogor Kota, Selasa, 19 April 2016.
Identitas kedua perempuan itu ialah YN,25, dan RD, 21. Saat ini mereka sudah dikirim ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur untuk direhabilitasi. Mereka direhabilitasi berdasarkan arahan dari petugas Badan Narkotika Nasional Kota dan Kabupaten. "Ada enam tersangka yang kami kirim ke tempat rehabilitasi karena mereka hanya pecandu dan saat ditangkap tidak ada barang bukti. Tapi saat dilakukan test urine, mereka positif (narkoba)," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Bogor Kota Ajun Komisaris Wahyu Agung mengatakan, dalam operasi Bersinar Lodaya, jajaranya juga menangkap satu tersangka bandar besar peredaran obat penenang yang biasa digunakan untuk pasien penderita gangguan jiwa. Ia berinisial FP alias Adul, 19. "Tersangka ditangkap di Stasiun Bogor setelah belanja 30 butir pil Aprazolam dan 3.000 pil Heximer dari seseorang di Jakarta," katanya.
Wahyu mengatakan pil penenang ini masuk daftar obat G atau obat resep dokter bagi penggunanya, yang terindikasi menderita stres. “Namun biasanya obat penenang ini banyak digunakan oleh anak jalanan," katanya.
FP mengaku membeli ribuan obat penenang itu dari seseorang di Jakarta, yang diduga merupakan jaringan pengedar obat keras di pasar gelap di Ibu Kota. "Saya membeli satu botol obat dengan isi 1.000 butir. Harganya Rp 400 ribu, dan ke anak-anak tongkrongan, (saya) jual satu butir dengan harga Rp 3.000 per butir. Biasanya mereka satu kali mengkonsumsi langsung empat butir," tuturnya.
M. SIDIK PERMANA