TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh Naura Aulia Putri Wibowo, menguning dipelukan ibunya. Bahkan, matanya pun bak warna matahari. Dari lubang hidungnya terjulur selang untuknya menyusu. Bayi berusia sembilan bulan itu, divonis menderita penyakit langka atresia bilier.
Dokter yang menanganinya memperkirakan harapan hidup Naura, hanya 30 persen setelah operasi tranplantasi hati. Untuk operasi bayi mungil itu, orang tua Naura, Fitriyanti Irawati, 37 tahun, membutuhkan biaya Rp 1,2 miliar.
Rencananya Naura yang kini berusia 9 bulan akan menjalani operasi tranplantasi hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Namun, operasi baru bisa dilakukan jika lingkar lengan atasnya mencapai 12 cm. Sekarang lingkar lengan atas Naura, hanya 8,5 cm.
"Hati saya yang akan didonorkan untuk operasi transplantasi hati Naura," kata Fitriyanti, saat konsultasi ke Pemerintah Kota Depok bagian Jaminan Kesehatan Daerah, Rabu, 21 Desember 2016. "Tapi, menunggu lingkar lengan Naura sampai ideal untuk dioperasi."
Atresia Bilier adalah suatu kondisi dimana tidak terbentuknya saluran empedu dengan sempurna. Kondisi itu bisa terjadi pada saluran empedu yang ada di dalam maupun di luar hati atau liver.
Kondisi ini menyebabkan tidak mengalirnya empedu ke usus 12 jari sebagaimana mestinya. Sehingga cairan empedu yang terus diproduksi hati tersebut akan menumpuk di area hati. Kondisi ini akan menyebabkan jaringan parut pada liver hingga akhirnya berujung kepada kegagalan fungsi hati.
Penyakit Naura baru terdeteksi saat usianya empat bulan. Padahal, Fitriyanti sempat curiga dengan keadaan tubuh Naura. Soalnya, saat diperiksa ke dokter, sejak berusia satu bulan tubuh Naura sudah menguning. "Namun dokternya bilang tidak apa-apa nanti kembali normal," ucapnya. "Saya rutin konsultasi setiap bulan."
Di bulan ke empat, Naura baru diperiksa ke laboratorium untuk mengetahui penyebab tubuhnya menguning, atas rekomendasi dokter klinik di kawasan Rangkapan Jaya. Setelah divonis anaknya menderita penyakit tersebut, tubuh Fitriyanti, seperti tak bertulang.
Fitriyanti tak menyerah. Kemana pun ia lakoni untuk mengobati Naura. Bahkan, tujuannya datang ke Pemkot Depok, merupakan salah satu ihtiarnya. Ia mencoba berkonsultasi mencari bantuan operasi anak keduanya tersebut.
Sejauh ini, pengobatan Naura hanya mengandalkan jaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Namun, untuk operasi BPJS Kesehatan hanya menanggung biaya sampai Rp 250 juta.
"Sebenarnya kalau sebelum usianya dua bulan dan terdeteksi bisa langsung dioperasi," ucapnya, sambil menambahkan, "tapi penyakit Naura telat dideteksi."
Kepala UPT Jamkesda Kota Depok Imelda Wijaya mengatakan pemerintah belum bisa membantu. Musababnya, biaya pengobatan Naura, sudah ditanggung BPJS. "Pasien sudah punya jaminan. Kami tidak bisa membantu kalau sudah dicover BPJS," ucapnya.
Namun, pemerintah sebisa mungkin akan mencoba membantu Naura. Syaratnya, orang tua Naura mesti berkoordinasi dengan BPJS apa saja yang bakal ditanggung dan tidak. Nantinya, biaya yang tidak ditanggung bisa diajukan untuk penerimaan bantuan ke Pemkot Depok."Tapi, biasanya ada komunitas pejuang hati di RSCM yang bisa mencarikan donatur," ujarnya.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Depok Eti Rohati mengatakan pihaknya akan menjamin kebutuhan susu Naura, sampai pertumbuhannya membaik. "Belum bisa intervensi medis. Baru sekedar menyumbang susu Naura," ujarnya.
IMAM HAMDI