TEMPO.CO, Bandung - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui telah menjadi target teror. Namun, saat menghadiri groundbreaking kereta cepat di kebun teh PT Perkebunan Nusantara Mandalawangi Maswati, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis, 21 Januari 2016, pria yang akrab disapa Ahok ini datang tanpa pengawalan ketat.
Hanya ada dua ajudan yang mendampinginya. "Iya, sudah dapat kabar dari tahun lalu," ujarnya saat ditemui di sela groundbreaking, Kamis siang.
Ahok mengaku tidak peduli terhadap kabar teror tersebut. "Mati itu di tangan tuhan," katanya.
Sampai saat ini Ahok tidak berniat menambah pengawalan khusus untuk mendampingi setiap aktivitasnya. "Kamu lihat saja, tidak ada kan (pengawalan ketat)," ucapnya.
Ahok mengaku mendapat ancaman bom di Ibu Kota pada Desember tahun lalu. Karena itu, sejak mendekati Natal hingga tahun baru, pengamanan di Ibu Kota diperketat. “Ya, mereka dari tahun lalu bilang gitu kan? Namanya juga teroris, suka-suka dia,” tuturnya di Balai Kota, Jumat, 15 Januari 2016.
Untuk mengantisipasi teror susulan, saat ini pengamanan di ring 1 diperketat. Ada penambahan personel Brimob dan senjata laras panjang di Balai Kota. “Kami dekat kantor Wapres, sekeliling depan-belakang kanan-kiri tambahin personel,” ujarnya.
Adapun Markas Besar Polri mengirim 20 personel untuk berjaga di Balai Kota. Penjagaan ini dilakukan sampai kondisi dirasa kondusif.
Kedai Starbucks di gedung Cakrawala dan pos polisi Jalan M.H. Thamrin dibom pada Kamis, 14 Januari 2016. Pelaku sebanyak lima orang tewas akibat bom bunuh diri dan ditembak polisi. Selain pelaku, teror tersebut menewaskan dua warga sipil. Sebanyak 17 korban luka, termasuk 5 polisi.
PUTRA PRIMA PERDANA | MAYA AYU PUSPITASARI