TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya melakukan olah tempat kejadian perkara insiden kebakaran di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta. Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan telah memeriksa sebelas saksi dan belum diperoleh kesimpulan penyelidikannya.
Menurut Tito, pemeriksaan juga dilakukan tim laboratorium forensik. Gunanya untuk mengetahui penyebab kebakaran karena korsleting listrik atau faktor kelalaian barang bawaan pasien yang berpotensi memicu ledakan tinggi. "Seperti korek api gas," katanya.
"Olah TKP masih berjalan, kemarin separuh jalan, belum ada hasil," ujar Tito di Markas Polda Metro Jaya Jakarta, Selasa, 15 Maret 2016. Ia enggan menyebutkan identitas saksi yang diperiksa.
Tito mengatakan ruang chamber yang terbakar adalah tempat untuk terapi hiperbarik bertekanan tinggi. Oksigen yang tinggi, kataTito, menyebabkan kebakaran dan menjebak empat pasien yang sedang terapi. "Di sana mereka terjebak di dalam," kata Tito. Ia mengibaratkan mereka yang terjebak di dalam seperti terkurung dalam panci presto yang dibuat untuk bertekanan tinggi.
Oksigen dalam ruangan, kata dia, memantik percikan api. "Korban yang ada di dalam ruangan yang bertekanan tinggi tidak bisa ke luar," ujar Tito. Apabila ruangan dibuka, lanjut Tito, berbahaya. Sebabnya, apabila ruangan dibuka dalam tekanan tinggi, akan terjadi dekompresi. "Dekompresi itu membahayakan," katanya.
Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo juga menyelidiki kasus yang menewaskan empat orang pada Senin, 14 Maret 2016. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama M. Zainudin mengatakan kebakaran terjadi pukul 13.00 WIB.
“Terapi dimulai pada pukul 11.30 dengan tekanan 2,4 atmosfer. Lalu sekitar pukul 13.00, tekanan mulai dikurangi menuju 1 atmosfer. Tidak lama kemudian, muncul percikan api dari dalam chamber,” ujar Zainudin.
Korban meninggal adalah Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo, mantan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Purnawirawan Abubakar Nataprawira, R.M. Edi Suwadi Suryaningrat, dan dokter Dimas. Mereka semua sedang menjalani terapi hiperbarik.
ARKHELAUS WISNU