TEMPO.CO, Bogor - Sebagian besar pengemudi angkot di Kota Bogor memilih untuk menggunakan trayek lama meski pemerintah sudah memberlakukan rerouting atau penataan ulang trayek angkutan. Alasannya, sopir angkot sulit mendapat penumpang pada rute baru yang telah diluncurkan pemerintah.
Andri, 34 tahun, pengemudi angkot 03, mengatakan sebelum ditata angkot yang dia kemudiakan memiliki rute Terminal Baranangsiang - Bubulak. Setelah penataan trayeknya menjadi TPK 2 (Trans Pakuan Koridor 2) dengan trayek Terminal Ciawi-Terminal Bubulak (via Baranangsiang).
"Bukan hanya susah mencari penumpang, tapi memang tidak ada penumpang yang naik angkot karena mereka tidak tahu dengan trayeknya," kata Andri. Dia juga khwatir terjadi pergesekan sesama pengemudi yang memiliki trayek bersinggungan. "Kami juga tidak mau jika di perjalanan dihentikan oleh sopir trayek lain dengan alasan menyerobot penumpang."
Menurut Andri, saat ini pemerintah Kota Bogor baru menata trayek tetapi belum membuat kebijakan kenaikan tarif baru angkot. Karena jika perubahan tarif tidak dilakukan, sopir angkot bakal merugi. "Kita pasti nombok, jika beroprasi dengan trayek baru, karena jarak tempuh lebih jauh, tarif angkot belum naik, ditambah lagi sekarang BBM yang kita gunakan Petralite bukan lagi premium," kata dia.
Andri mengatakan, angkot dengan trayek TPK 2, yang dikemudikannya itu rencananya akan dimusnahkan dan diganti dengan kendaraan bus tiga perempat. "Jadi nanti angkot ini akan dikonversi 3:1 alias tiga angkot menjadi satu bus trans pakuan, sementara sekarang sopir trans pakuan sudah tiga bulan belum digaji oleh Pemkot Bogor," kata dia
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor Mochammad Ischak AR terkejut dengan dipercepatnya program rerouting yang akan berdampak langsung dengan ribuan sopir angkot dan masyarakat. "Kita pasti akan dukung tapi jangan sampai timbul gejolak, karena saat ini kondisi sopir angkot sudah mengeluh dengan hadirnya angkutan berbasis online, jangan sampai ditambah masalah ini," kata dia.
Kepala Dinas Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Rakhmawati mengatakan, alasan dipercepatnya launcing reroting tersebut karena ada kegiatan yang tidak dapat diundur, yakni kegiatan serah terima jabatan Kapolresta Bogor Kota yang baru. "Sehingga launcing dipercepat ," kata dia.
Rakhmawati menjelaskan, landasan utama diberlakukannya rerouting adalah terjangkaunya semua wilayah di Kota Bogor dengan 30 trayek yang sudah disiapkan. “Kita lihat saja semoga akan ada peningkatan penumpang karena semua wilayah akan terjangkau oleh 30 layanan rute trayek angkot,” ujarnya.
Rakhmawati menyampaikan selama ini banyak angkot yang overlaping, tumpang tindih di kawasan pusat kota. Maka dari itu kebijakan rerouting ini sangat perlu dilakukan, agar jumlah angkot dan kemacetan di pusat kota berkurang,
"Kalau sebelum-sebelumnya penataan transportasi di Bogor hanya penambahan trayek, misalnya, maka rerouting ini merupakan langkah sejarah tersendiri, dari tadinya 20 menjadi 30 trayek. Dari 58 kelurahan sekarang menjangkau 68 kelurahan," kata dia.
Dia mengaku jika, pemberlakuan rerouting angkot dilakukan secara bertahap dan baru bisa efektif semua bisa dijalankan dalam kurun waktu enam bulan kedepan, "Paling enam bulan ke depan, sampai bus pengganti konpersi angkot 3:1 sudah ada," kata dia.
Diberlakukanya rerouting tersebut setidaknya ada tujuh trayek baru yakni Trayek 16 Mayor Oking (Sta. KA) - Situgede, Terminal Merdeka – Vila Mutiara Via Cijahe (27), Buntar (SMKN4) - Sukasari Via Cipaku (28), Pabauaran – Lawang Saketeng atau BTM (29), Pabuaran – Terminal Merdeka Via Cibeuruem (30).
Lalu enam trayek pecahan, antara lain, Cimahpar – Warung Jambu Via Jl. A. Sobana (04), Baranangsiang Indah – Ciheuleut – Warung Jambu – Ciparigi (06), Curug – Taman Cimanggu – Pasar Anyar (11),Terminal Bubulak – Pabuaran – Cimanggu – Pasar Anyar (12), Villa Mutiara – Pasar Anyar (19), Bina Marga – Ciluar Via Rd. Konyong, Rambay (21). Sedangkan tiga trayek perpanjangan lintasan yaitu, Cipinang Gading – Perum Yasmin (01), Terminal Bubulak – Merdeka – Ciparigi (07), Griya Katulampa – Terminal Merdeka (08)
M. SIDIK PERMANA