TEMPO Interaktif, Jakarta: Ketua MPR yang juga mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nurwahid dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam cara-cara kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) dalam menindak tempat hiburan yang buka selama Bulan Ramadhan. "Tapi saya juga tidak setuju dengan pelanggaran aturan yang telah ada,”kata Nurwahid seusai silaturahmi dengan tokoh masyarakat Jakarta Barat di Jakarta Ahad (24/10). Kecaman itu datang, buntut dari perusakan Stardely Cafe di kawasan Kemang yang juga mebngakibatkan bentrokan dengan masyarakat setempat. Jika semua pihak melaksanakan aturan yang ada, menurut Ketua MPR, tidak memerlukan kekerasan dari siapapun atas nama apa pun. "Semua pihak seharusnya dapat duduk bersama dan saling mendengar sehingga tidak perlu ada anarkisme,"katanya.Sekretaris Jendral MUI, Din Syamsuddin berpendapat senada. "Amar makruf mahi munkar perlu dilakukan dengan cara baik. Terutama mengedepankan cara penuh hikmah,"ujarnya. Polisi, menurut Din, selaku penegak hukum diminta dapat melaksanakan tugasnya mengawal Peraturan Daerah yang mengatur penutupan tempat hiburan selama bulan puasa. Memang, walaupun sudah ada jam buka tempat hiburan selama Bulan Puasa, dan larangan tempat judi, masih ada pihak yang melanggar aturan tersebut. Bahkan tempat judi di kawasan Mangga Dua, Pangeran Jayakarta, dan Kebon Jeruk, tetap buka. Polisi, seperti diam saja. "Kalau tidak dibekingi aparat tentu mereka tak berani ada yang buka,"kata Kepala Divisi Khusus Lasykar FRP, Allawi Usman.FPI, minta maaf, jika akibat dari tindakan lasykarnya berdampat negatif. "Kalau semua bekerja dengan baik, tak bakal ada kekerasan. Masak 11 bulan sudah merusak moral, tutup sebulan saja tak mau taat<"kata Allawi.Badriah dan Agriceli
PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.