TEMPO.CO, Jakarta - Gerimis tak menghalangi tiga orang berpakaian warna oranye mencolok itu untuk naik ke atas pohon. Meski dahan pohon licin dan rintik-rintik air hujan masih turun, mereka tetap memanjat pohon setinggi hampir 5 meter dan mulai membabati setiap dahan pohon.

"Hujan memang menghambat, tapi pekerjaan harus jalan terus," ujar Direktur Teknis PT Mass Rapid Transid Muhammad Nasir saat ditemui di lokasi penebangan pohon di depan Ratu Plaza, Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu malam, 16 November 2013.

Ucapan Nasir dan kegiatan para pekerja malam itu seakan menyiratkan pesan: pembangunan Mass Rapid Transit alias MRT di Jakarta harus terus maju, tak boleh dihalangi apa pun juga, dan tidak boleh ditunda-tunda lagi.

Awal 2014 mendatang, pembangunan konstruksi jalur angkutan massal buat warga Ibu Kota ini dimulai. Segala penghalang, seperti ratusan pohon di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, dari mulai kawasan Sisingamangaraja sampai Dukuh Atas, harus dienyahkan.

Nantinya, jalur MRT yang membentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia akan berdiri di kedua sisi jalan, di jalur hijau pembatas antara jalur lambat dan jalur cepat jalan itu. Tidak hanya pohon, beberapa lampu penerangan jalan dan jembatan penyeberangan juga akan dipindahkan. Namun karena ukuran pohon terlalu besar, maka mustahil dipindahkan. "Memang harus ditebang," kata Nasir.

Mulai Jumat, 15 November lalu, PT MRT memulai penebangan. Diperkirakan, jumlah pohon yang ditebang di sepanjang Jalan Sisingamaraja hingga Jalan Jenderal Sudirman ada 973 batang. Tapi jalur ini tidak akan sepenuhnya gersang, karena penebangan pohon hanya dilakukan di kawasan yang akan menjadi lokasi stasiun MRT, seperti Istora Senayan, Bendungan Hilir, dan Setiabudi. (Baca : Untuk MRT Tanam Pohon Dulu, Baru Boleh Tebang)

Dalam waktu 15 menit, dahan-dahan pohon Angsana berusia sekitar 10 tahun itu mulai berjatuhan ditebas golok ketiga pekerja. Di bawahnya, beberapa orang memotong-motong dahan-dahan itu menjadi lebih kecil. Empat truk berukuran kecil bersiap-siap mengangkut hasil penebangan. Di saat yang bersamaan, hujan bertambah deras.

"Sistem kerja kami, dahan di setiap pohon kami potong-potong dulu, setelah pohonnya gundul baru kita tebang pakai gergaji mesin," Nasir menjelaskan. Kayu hasil penebangan ini kemudian diserahkan ke Dinas Pertamanan DKI Jakarta. "Entah nantinya diolah jadi apa, atau dibuang begitu saja."

Dalam semalam tim yang dipimpin Nasir tidak ditarget harus menebang berapa pohon. "Semampunya saja, tergantung cuaca juga." Namun, yang pasti, untuk menghindari kemacetan pekerjaan dilakukan mulai pukul 23.00 hingga pukul 04.00 pagi.

Setiap kali melakukan penebangan, lajur paling kanan jalur lambat dan lajur terkiri jalur cepat Jalan Jenderal Sudirman ditutup sepanjang 50 meter. Beberapa petugas mengatur lalu lintas, namun para pengguna jalan seakan masa bodoh dengan kegiatan itu. "Pengendara mobil kalau sudah malam begini, enggak mau ngurangi kecepatan, tetap ngebut padahal sudah jelas ada proyek," Nasir mengeluh.

Suara gergaji mesin bersahutan dengan suara golok menebas batang-batang kayu. Potongan-potongan berukuran kecil dimuat ke dalam bak truk. Hujan masih setia menemani para pekerja yang mulai menggunduli pohon lain di depan Mall Ratu Plaza. Malam itu, Jalan Jenderal Sudirman kehilangan beberapa sosok peneduhnya lagi.

PRAGA UTAMA

Berita Terpopuler

Anji Sebut Flo Pribadi yang Menyenangkan
Ricuh, Slanker Lempar Batu di Festival Musik Blues
Pegadaian Partikelir di Cengkareng Dirampok
Garda Satwa Razia 18 Kucing Liar di Kampung Melayu
Untuk MRT, Tanam Pohon Dulu Baru Boleh Tebang