Tangerang Klaim 7 Pasien Difteri karena Orang Tua Anti Imunisasi

Rabu, 6 Desember 2017 18:30 WIB

Bakteri difteri disebabkan kuman Corynebacterium diptheriae yang menyerang faring, laring atau tonsil.

TEMPO.CO, Tangerang - Dinas Kesehatan Kota Tangerang mencatat, hingga Selasa, 5 Desember 2017, terdapat tujuh pasien difteri yang dirawat. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Liza Puspadewi, ketujuh pasien difteri itu tersebar di enam kecamatan.

"Jumlah kasus difteri sampai dengan 5 Desember 2017, tujuh orang sudah sembuh semua, dengan angka kematian nol," kata Liza, Rabu, 6 Desember 2017.

Penyebaran difteri itu terjadi di Kecamatan Pinang, Tangerang, Benda, Cibodas, dan Cipondoh, masing-masing satu kasus, dan di Kecamatan Batuceper dua kasus.
Baca: Cegah Difteri Meluas, Imunisasi Khusus Bakal Digelar Pekan Depan

"Masalah yang dihadapi adalah para orang tua tidak mengizinkan putra-putrinya diimunisasi. Orang tuanya anti-vaksinasi," ucap Liza. Padahal imunisasi merupakan program prioritas, yang diberikan secara gratis. Semua anggaran imunisasi dibebankan ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (untuk vaksin dan cold chain), juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (bahan penunjang dan biaya operasional).

"Kami berupaya keras mencapai target sasaran yang diimunisasi, melakukan sweeping, setelah posyandu dan saat kunjungan rumah (Cageur Jasa)," tutur Liza.

Selain menjemput bola untuk vaksinasi, Dinas Kesehatan Kota Tangerang melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah kejadian luar biasa (KLB), di antaranya komunikasi, informasi, dan edukasi (KEI) di dalam dan di luar gedung, edukasi melalui media cetak (spanduk, poster, leaflet), serta melalui surat edaran kewaspadaan dini ke kecamatan, rumah sakit, dan pusat kesehatan masyarakat.

Lalu dilakukan penguatan jejaring dan konsolidasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan. Upaya lain adalah mengoptimalkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat serta kewaspadaan dini terhadap pasien yang mempunyai gejala klinis, demam, batuk, dan nyeri saat menelan. "Jika terjadi kasus seperti itu, segera rujuk ke rumah sakit," ucap Liza.
Simak juga: Antisipasi Penyebaran Difteri, Kabupaten Bogor Galakkan Imunisasi

Dinas Kesehatan, kata Liza, juga melakukan pemeriksaan kontak erat kasus (kontak serumah, kontak lingkungan, dan kontak di sekolah) serta pemeriksaan swab (usap) tenggorokan untuk memastikan kuman yang menjadi penyebabnya.

Liza menyebut langkah lain penanganan wabah difteri adalah profilaksis untuk kontak erat dengan pemantau minum obat dari tenaga kesehatan puskesmas dan imunisasi Difteri Tetanus/Tetanus difteri (DT/Td). "Pemantauan kontak selama dua kali masa inkubasi. Seluruh biaya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah," tuturnya.

Berita terkait

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

42 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

9 Oktober 2023

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

Difteri dapat menyebabkan kematian dalam waktu 48-72 jam jika tidak ditangani secara serius. Segera kenali gejalanya agar cepat mendapat pertolongan.

Baca Selengkapnya

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

8 Juli 2023

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

Otoritas kesehatan di Nigeria mengumumkan negara itu sedang mengalami wabah penyakit difteri setelah terjadi kematian akibat penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

13 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

Jenis vaksin yang menjadi bagian program imunisasi rutin yang disediakan pemerintah semakin beragam. Simak daftarnya

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

7 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

COVID-19 menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imunisasi rutin anak. Ini strategi tingkatkan cakupan imunisasi nasional.

Baca Selengkapnya

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

29 April 2023

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

Balto dipuja sebagai pahlawan - menjadi subjek dalam buku dan film. Ilmuwan, dalam penelitian terbaru menemukan keunggulan gen anjing tersebut.

Baca Selengkapnya

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

17 Maret 2023

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri di Jawa Barat tercatat sebanyak 55 suspek dengan konfirmasi positif 13 orang hingga Februari 2023

Baca Selengkapnya

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

16 Maret 2023

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

Penyakit difteri akibat bakteri sangat mematikan.

Baca Selengkapnya

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

28 Juni 2022

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

Dokter mengatakan campak, rubella, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan harus segera dicegah penyebarannya melalui imunisasi.

Baca Selengkapnya

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

3 November 2020

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 enegaskan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung termasuk yang paling aman.

Baca Selengkapnya