Seorang siswa korban tawuran pelajar terbujur kaku di kamar mayat RSUD Tangerang. MARIFKA WAHYU HIDAYAT
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah siswa SMAN 32 trauma dan cemas tawuran terulang kembali. Siswa sekolah itu menjadi sorotan dalam kasus tawuran geng pelajar yang menewaskan satu pelajar sekolah lain di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 1 September 2018.
“Satu-dua hari setelah kejadian siswa trauma. Terutama mereka yang diduga ikut terlibat," kata Wakil Kepala SMAN 32 Sujoko saat ditemui, Jumat 7 September 2018.
Menurut dia, sekolah telah mengantisipasi dengan terus berkoodinasi dengan kepolisian, dinas pendidikan dan sekolah lain yang terlibat dalam tawuran itu. Termasuk sekolah yang siswanya menjadi korban tewas. “Sebenarnya seluruh siswa baik yang diduga pelaku maupun yang tewas adalah korban," ucap Sujoko.
Sujoko berpendapat, yang terjadi pada Sabtu dini hari 1 September 2018 lalu bukan tawuran pelajar sekolah. Tapi, tawuran geng remaja yang anggotanya masih berstatus pelajar.
Ia menambahkan tawuran pada dini hari itu juga terjadi saat libur sekolah. "Untuk mencegah tawuran kami sudah maksimal dengan program yang padat di sekolah," katanya.
Seperti diketahui, tawuran itu menyebabkan satu orang siswa SMA Muhammadiyah 15 berinisial AH, 16 tahun, tewas. Dia menderita banyak luka sabetan benda tajam dan disiram air keras. Polisi lalu menciduk 29 siswa dari sejumlah sekolah dan menetapkan 10 di antaranya sebagai tersangka yang terlibat langsung dalam tawuran ini.
Polisi menyebut kesepuluh tersangka asal SMAN 32 tapi dibantah sekolah yang bersangkutan yang menyatakan hanya delapan di antaranya. Mereka berasal dari 26 siswa yang telah diperiksa polisi pasca tawuran. Sisanya disebutkan Sujoko, telah dipulangkan ke orang tua masing-masing.
“17 di antaranya telah menyatakan mengundurkan diri dari sekolah," ujarnya. "Mereka menyadari aturan di tata tertib sekolah."