Cerita Pedagang, Pengunjung Mall yang Jadi Target Abdul Basith Cs
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Dwi Arjanto
Sabtu, 19 Oktober 2019 18:08 WIB
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono membenarkan adanya pengamanan khusus di pusat-pusat ekonomi menjelang pelantikan Jokowi-Maruf dan terkait kasus Abdul Basith Cs.
Petugas keamanan LTC Glodok, Jatun mengatakan, personel security mall akan tetap bekerja khusus untuk esok hari pada saat pelantikan Jokowi-Maruf. Jumlah security yang diterjunkan mencapai 200 orang.
"Dibagi menjadi tiga regu," kata Jatun.
Kendaraan lapis baja TNI jenis Anoa juga terlihat di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat pada Sabtu, 19 Oktober 2019. Pusat perbelanjaan itu juga menjadi salah satu target peledakan bom ikan.
Seorang pengunjung Taman Anggrek, Satrio, 55 tahun mengaku tidak khawatir datang ke sana walaupun sudah mendengar kasus rencana pemboman oleh Abdul Basith Cs. Menurut dia, kematian sudah diatur Tuhan.
"Kalau kita takut, malah dia yang menang," kata dia.
Sebelumnya, tersangka rencana pemboman, Abdul Basith menyebutkan sejumlah pusat bisnis di beberapa titik di Jakarta menjadi target sasaran. Bom ikan itu rencananya diledakan saat adanya aksi Mujahid 212 pada 28 September 2019.
"Otista, Kelapa Gading, Senen, Glodok, dan Taman Anggrek," kata Abdul Basith saat ditemui Tempo di Polda Metro Jaya, Rabu, 2 Oktober 2019.
Menurut Abdul, bom ikan tersebut bukan menyasar kepada massa tertentu melainkan pusat bisnis. Tujuannya menyerang etnis Cina yang tinggal di Indonesia. Rencana ini dibahas dalam rapat di kediaman mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Soenarko di Ciputat, Tangerang Selatan pada 20 September 2019.
Laode Sugiono dan Mulyono Santoso duduk di meja melingkar yang sama membahas pembuatan bom. Laode, Abdul menambahkan, menyanggupi menyiapkan bahan peledak. "Kami tidak ada urusan ngebom orang, tapi pusat bisnis," ujar Abdul.
Aksi Mujahid 212 digelar Sabtu, 28 September 2019 lalu. Bom mulanya bakal diledakkan pada 24 September 2019.
Akan tetapi, lanjut Abdul Basith, orang-orang yang terlibat dalam rencana itu baru tiba di Ibu Kota pada 24 September. Rencana pun molor empat hari, di waktu yang sama ketika aksi Mujahid 212.