Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Nasional Tolak Reklamasi membakar ban bekas saat melakukan aksi di depan Balai Kota Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020. Dalam aksi ini, para mahasiswa tersebut menuntut agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghentikan proyek reklamasi di kawasan Ancol. TEMPO/Muhammad Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Para demonstranmengklaim tiga kali mendatangi kantor Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam unjuk rasa menolak reklamasi Ancol.
Namun Anies tidak merespons tuntutan mereka untuk menghentikan proyek reklamasi itu.
"Ada apa di balik reklamasi itu?" kata seorang orator memakai atribut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di depan Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa, 21 Juli 2020.
Koordinator Kelompok Gerakan Mahasiswa Jakarta Bersatu, Badai Ahtadera, mengatakan penolakan reklamasi Ancol sesuai janji Anies 2017 silam. "Reklamasi akan kita hentikan karena tidak baik untuk nelayan kita," tutur Badai kepada Tempo, yang menyebut ucapan tersebut adalah janji mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Mahasiswa sebagai agen perubahan, kata pria 26 tahun ini, menghimpun aspirasi dari keresahan masyarakat supaya disampaikan ke Balai Kota. "Karena Gubernur Anies ingkar janji," tutur mahasiswa pascasarjana Universitas Al Azhar Indonesia ini.
Demonstran menuding Anies hanya bermain kata-kata dengan alasan melanjutkan pembangunan sebelumnya, yang ditimbun pasir serta perluasan daratan. "Nah, di situ kita melihat, oh ini tidak bisa. Ini hanya permainan kata-kata atau secara substansi, artinya reklamasi," ucap anggota HMI itu.
Puluhan demonstran dari delapan organisasi pemuda berorasi sejak pukul 16.00. Puluhan polisi berdiri memagari pintu ketika pendemo dengan sejumlah warna bendera muncul.
Aksi menolak reklamasi Ancol itu berakhir ricuh setelah polisi memaksa pendemo mematikan api yang dinyalakan di tengah jalan.