TEMPO.CO, Jakarta - Warga Rukun Warga 015 Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, menggelar simulasi RW Tangguh menghadapi banjir Jakarta. Simulasi terdiri atas tiga bagian yakni persiapan, saat terjadi bencana dan pasca terjadinya bencana.
Simulasi bencana dimulai saat Ketua RW 015 Pejagalan Ali Damanhuri memantau prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui siaran televisi dan pesan berantai WhatsApp dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya Ali melaporkan prakiraan cuaca hujan lebat dan angin kencang yang akan terjadi kepada lurah dan pengurus RW hingga Rukun Tetangga (RT). Informasi inipun diteruskan kepada warga melalui pengeras suara (toa) rumah ibadah seperti masjid dan musala.
Bersamaan dengan itu, pengurus RT/RW dan para kader mulai dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) hingga karang taruna merapatkan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Pada bagian ke dua atau saat terjadi bencana, pengurus RT/RW dan kader berkeliling kampung di Jakarta Utara itu sembari membunyikan kentongan dan toa untuk memberikan kewaspadaan dini kepada warga.
Saat muka air genangan meninggi, warga pun mulai dievakuasi ke posko pengungsian dengan bantuan aparat gabungan seperti petugas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), Satpol PP, Penanggulangan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) hingga TNI/Polri.
<!--more-->
Untuk bagian pasca bencana, petugas melakukan simulasikan apel warga dan petugas gabungan sebelum menggelar kerja bakti massal. Warga dan petugas gabungan ini berkolaborasi membersihkan sisa lumpur dan sampah yang berserakan di lingkungan warga. Begitu pun petugas menyemprot cairan disinfektan guna meminimalisir penyebaran COVID-19.
“Alhamdulillah warga di sini memang sudah tergerak. Beberapa kali ada bencana pada tahun sebelumnya sudah siaga dan secara mandiri saling membantu satu sama lain,” kata Ali Damanhuri.
Dia memperkirakan sekitar 200 hingga 300 jiwa yang akan mengungsi apabila terjadinya bencana. Perkiraan tersebut diambil dari bencana banjir yang terjadi sebelumnya yang sempat merendam lingkungan RT 005 dan 007 dengan ketinggian maksimal banjir mencapai 80 sentimeter.
“Mudah-mudahan tahun ini tidak terjadi banjir. Selain di lapangan, kami juga menyiapkan dua posko pengungsian lain seperti Masjid Baitul Muttakin dan Yayasan Pendidikan Islam Darul Bina,” kata Ali.