Kekerasan Seksual di Kampus, Transportasi Umum, Psikolog: Bukan Salah Tempat dan Pakaian

Reporter

Antara

Editor

Sunu Dyantoro

Jumat, 30 September 2022 06:26 WIB

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Puskesmas Kecamatan Kemayoran Moriska Kartika Triana MPsi mengatakan tempat dan pakaian bukan yang paling bersalah dalam suatu peristiwa kekerasan seksual, tapi yang salah adalah pelaku kekerasan seksual itu sendiri.

"Pelaku kekerasan adalah orang yang paling bersalah, apa pun alasannya, apa pun bentuknya, apa pun alibinya, tetap pelaku adalah orang yang paling bersalah. Karena hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai moralitas," kata Moriska dalam seminar daring yang dilaksanakan Puskesmas Kecamatan Kemayoran, di Jakarta, Kamis, 29 September 2022.

Moriska menjelaskan berdasarkan perspektif psikoanalisa sederhana untuk memahami dinamika perilaku kekerasan seksual manusia, dikenal faktor Id yaitu dorongan yang bersifat primitif atau tidak bisa ditahan, seperti lapar, mengantuk, haus, dan masalah seksual. "Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah seksualitas juga kebutuhan dasar manusia," kata Moriska.

Mengingat kebutuhan mendasar, dorongan seksual bisa muncul saat waktu yang tidak tepat. Misalnya saat berada di kampus, sarana transportasi umum, atau sedang bekerja.

Namun, katanya lagi, semua itu bisa ditahan oleh faktor yang kedua, yaitu superego. Superego ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan moralitas dengan nilai-nilai yang kita punya sepanjang hidup.

Advertising
Advertising

Misalnya terkait kebutuhan seksualitas yang muncul di siang hari, kata Moriska, faktor superego berupa moralitas ini yang menahan manusia untuk tidak memuaskan kebutuhan seksualitasnya saat itu.

Perilaku seksual bisa tidak terkendali

Moriska menyatakan orang yang tidak memiliki moralitas atau mungkin kecil sekali, maka perilaku seksual bisa menjadi tidak terkendali.

"Itu terjadi pada orang-orang yang melakukan kekerasan seksual. Moralitas mereka kecil sekali, sehingga mereka mengeluarkan perilaku dengan perspektif dari ego," kata Moriska.

Berdasarkan perspektif psikoanalisa sederhana ini pula, Moriska membantah bahwa peristiwa kekerasan seksual merupakan kesalahan tempat dan pakaian yang digunakan oleh korban.

Dia mencontohkan peristiwa kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan-lingkungan yang sebenarnya baik dan aman. Namun, karena orang bermoralitas rendah, kekerasan seksual tetap terjadi.

Contohnya kekerasan seksual yang dialami para santri di Bandung, Jawa Barat. Tidak ada yang kondisi santri yang menggoda kiai karena banyak aturan yang membatasi itu, misalnya santri dilarang memakai pakaian ketat.

Menurutnya lagi, mau menyalahkan tempat pun tidak bisa, karena pesantren yang dalam pikiran banyak orang pasti memiliki kesan aman dan melindungi dari luar.

"Ini menyadarkan kita bahwa kondisi korban bukan penyebab terjadinya kekerasan seksual," ujar Moriska menegaskan.

Minta masyarakat mendukung korban

Sebagai manusia yang berperikemanusiaan, Moriska meminta masyarakat agar paling tidak bisa mendukung dengan mencari cara bagaimana agar korban bisa keluar dari rasa trauma, atau rasa malu, takut, dan sebagainya, bukan cenderung menyalahkan pakaian dan tempat.

"Itu tugas kita untuk mendampingi mereka. Tugas kita untuk menemani supaya mereka kuat lagi. Masalah kekerasan seksual bukan tugas perseorangan untuk mengatasinya," kata Moriska pula.

Pendampingan kejiwaan ini sangat penting didapatkan segera, katanya lagi, terutama bagi korban kekerasan seksual supaya luka yang timbul pada kejiwaan tidak semakin menganga dan bisa segera dipulihkan.

Psikolog Puskesmas Kecamatan Kemayoran itu meminta masyarakat melaporkan ke puskesmas jika terjadi peristiwa kekerasan seksual di lingkungan, agar korban bisa segera mendapatkan pendampingan psikologis dan pemulihan trauma.

Menurut Moriska, puskesmas akan meneruskan laporan tersebut kepada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) untuk proses selanjutnya terhadap korban yang mengalami kekerasan seksual, baik pendampingan psikologis maupun pemulihan traumanya.

"Puskesmas bekerja sama dengan P2TP2A siap membantunya, mereka juga mempunyai psikolog untuk memfasilitasi pendampingan korban kekerasan seksual ini dan pemulihan traumanya. Data-data privasi bisa dirahasiakan," kata Moriska lagi.

Baca juga: 6 Pos Pengaduan Kekerasan Perempuan dan Anak Berdiri, setelah 2 Remaja Dipaksa Jadi PSK

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

53 menit lalu

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

Melalui situs resminya, Starlink mematok harga layanan internet sebesar Rp 750 ribu per bulan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

4 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

6 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

5 Hotel Strategis Dekat Lokasi Konser Sheila On 7 di Bandung, Bisa Ditempuh Jalan Kaki

1 hari lalu

5 Hotel Strategis Dekat Lokasi Konser Sheila On 7 di Bandung, Bisa Ditempuh Jalan Kaki

Temukan lima hotel terdekat dari Stadion Siliwangi, Bandung, lokasi konser Sheila on 7. Mulai dari hotel bintang 4 hingga bintang 2, semua berjarak kurang dari satu kilometer dari stadion.

Baca Selengkapnya

The Papandayan Bandung Merayakan Ulang Tahun ke-34 dengan Penawaran Spesial

1 hari lalu

The Papandayan Bandung Merayakan Ulang Tahun ke-34 dengan Penawaran Spesial

Wujud apresiasi bagi para tamu dan masyarakat yang telah berbagi pengalaman berkesan dengan The Papandayan selama 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

1 hari lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Atasi Penerima KIP Kuliah yang Tidak Tepat Sasaran, Kemendikbud Minta Kampus Evaluasi

1 hari lalu

Atasi Penerima KIP Kuliah yang Tidak Tepat Sasaran, Kemendikbud Minta Kampus Evaluasi

Viralnya kasus dugaan penerima KIP Kuliah bergaya hedon, Kemendikbudristek akan mengambil langkah.

Baca Selengkapnya

Korban Pembunuhan Mayat dalam Koper Telah Dimakamkan di Bandung

1 hari lalu

Korban Pembunuhan Mayat dalam Koper Telah Dimakamkan di Bandung

RM, 49 tahun, korban pembunuhan pada kasus mayat dalam koper telah dimakamkan di kampung halamannya di Bandung

Baca Selengkapnya

Braga Free Vehicle Akhir Pekan ini di Bandung, Begini Tata Tertib Pengunjung dan Lokasi Parkir

2 hari lalu

Braga Free Vehicle Akhir Pekan ini di Bandung, Begini Tata Tertib Pengunjung dan Lokasi Parkir

Pengunjung atau wisatawan di jalan legendaris di Kota Bandung itu hanya bisa berjalan kaki karena kendaraan dilarang melintas serta parkir.

Baca Selengkapnya

Rencana Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan saat Akhir Pekan Dibayangi Masalah

2 hari lalu

Rencana Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan saat Akhir Pekan Dibayangi Masalah

Pemerintah Kota Bandung ingin menghidupkan kembali Jalan Braga yang menjadi ikon kota sebagai tujuan wisata.

Baca Selengkapnya