Di Makam Bung Karno, GMNI Desak Jokowi tidak Lakukan Kampanye Terselubung

Kamis, 8 Februari 2024 12:28 WIB

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). TEMPO/ Gita Carla

TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menyampaikan enam poin menanggapi situasi politik di Indonesia saat ini. Di hadapan makam Bung Karno, Ketua Umum GMNI Arjuna Putra Aldino mendesak Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersikap netral dalam Pemilu 2024.

Arjuna menyebut demokrasi Indonesia saat ini diwarnai dengan intimidasi yang dialami oleh berbagai kalangan, pelanggaran etika, dan aturan netralitas ditabrak begitu saja. Di tempat peristirahatan presiden Indonesia pertam aitu, ia menyampaikan enam poin kebangsaan GMNI.

“Mendesak Presiden Joko Widodo untuk tidak menggunakan simbol, program dan fasilitas negara untuk kampanye terselubung yang menguntungkan kandidat tertentu,” kata Arjuna melalui keterangan tertulisnya pada Rabu, 7 Februari 2024.

Menurut dia, ini penting disuarakan untuk menjaga kehormatan dan kewibawaan Presiden sebagai lembaga tinggi negara. “Kami tidak mau Presiden jadi tim sukses,” ucapnya.

Kedua, GMNI mendesak Presiden Jokowi menjunjung tinggi kepentingan negara di atas kepentingan keluarga dan koleganya. “Karena sebagai kepala negara presiden bertugas melindungi segenap bangsa Indonesia,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Ia meminta Jokowi menjalankan sumpah jabatan, yaitu melindungi semua warga negara Indonesia yang beragam, termasuk dalam pilihan politiknya. “Kami tidak mau presiden dipersepsikan hanya milik golongan politik tertentu. Mereka yang pilihan politiknya berbeda didiskriminasikan, itu bisa mengancam persatuan nasional,” paparnya.

GMNI mendesak Jokowi untuk menghentikan kriminalisasi dan intimidasi terhadap aktivis, budayawan, dan semua komponen masyarakat. Ia menyebut kriminalisasi belakangan marak terjadi kepada mereka yang mengkritik pemerintah. “Termasuk politisasi kasus korupsi yang dijadikan alat sandera politik untuk memenangkan kandidat tertentu juga harus dihentikan,” ucapnya.

Keempat, GMNI mendesak Jokowi menegakkan prinsip kesamaan di mata hukum, adil, dan tidak memihak. “Hukum tidak boleh menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan digunakan sebagai senjata untuk memberangus mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah,” katanya.

Kelima, Arjuna mengajak seluruh masyarakat menolak segala bentuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Menurut dia, akhir-akhir ini ada upaya melanggengkan nepotisme dan politik dinasti. “Padahal nepotisme merusak tatanan sosial dan tatanan bernegara,” ujarnya.

Terakhir, GMNI mengajak semua komponen masyarakat untuk bersuara. “Kebebasan berekspresi dan berpendapat adalah pondasi kehidupan politik yang beradap. Tanpa ada kebebasan berekspresi kita kembali ke era orde baru dan masa kolonial,” katanya.

Pilihan Editor: Polisi Klaim Tahu Posisi Bandar Narkoba Fredy Pratama di Thailand tapi Tak Bisa Menyentuhnya

Berita terkait

MK Batasi Maksimal 5 Saksi dan 1 Ahli yang Dihadirkan di Sidang Sengketa Pileg

4 menit lalu

MK Batasi Maksimal 5 Saksi dan 1 Ahli yang Dihadirkan di Sidang Sengketa Pileg

MK membatasi saksi dan ahli yang dihadirkan di agenda pembuktian sidang sengketa Pileg.

Baca Selengkapnya

KPU Tolak Permintaan NasDem untuk Penghitungan Suara Ulang di Bangka Belitung

30 menit lalu

KPU Tolak Permintaan NasDem untuk Penghitungan Suara Ulang di Bangka Belitung

KPU menilai, NasDem tidak memberikan penjelasan mengapa KPU harus melaksanakan PSSU di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Baca Selengkapnya

Airlangga Targetkan 41 Proyek Strategis Nasional Rampung Tahun Ini

1 jam lalu

Airlangga Targetkan 41 Proyek Strategis Nasional Rampung Tahun Ini

Airlangga targetkan 41 PSN selesai 2024. Pengadaan lahan masih jadi kendala

Baca Selengkapnya

Asal Mula Muncul Wacana Jokowi Jadi Penasihat Prabowo

2 jam lalu

Asal Mula Muncul Wacana Jokowi Jadi Penasihat Prabowo

Muncul wacana Jokowi menjadi penasihat Prabowo. Ini respons Jokowi dan asal mula munculnya wacana tersebut.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

2 jam lalu

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mempertanyakan alasan pemerintah menerapkan sistem Kelas Rawat Inap Standar dalam layanan BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Harap RI jadi Anggota OECD: Supaya Mudah Akses Investasi

2 jam lalu

Jokowi Harap RI jadi Anggota OECD: Supaya Mudah Akses Investasi

Presiden Jokowi meyakini OECD akan memberikan manfaat yang konkret bagi Indonesia terutama supaya tidak terjebak dalam middle income trap

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas Rawat Inap Standar BPJS, Berapa Bayar Iuran Bulanannya ?

2 jam lalu

Sistem Kelas Rawat Inap Standar BPJS, Berapa Bayar Iuran Bulanannya ?

Presiden Jokowi mengapus sistem kelas di BPJS Kesehatan, diganti dengan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang mulai berlaku Juni 2025.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ingin Turun Langsung ke Lokasi Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat

2 jam lalu

Jokowi Ingin Turun Langsung ke Lokasi Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat

Jokowi telah memerintahkan Kepala BNPB untuk segera mendatangi area yang terkena dampak untuk mengkoordinasikan upaya bantuan dan pemulihan.

Baca Selengkapnya

Jokowi akan Gelar Rapat Khusus Bereskan Segudang Masalah Bea Cukai

2 jam lalu

Jokowi akan Gelar Rapat Khusus Bereskan Segudang Masalah Bea Cukai

Bea Cukai saat ini tengah ramai disorot imbas beragam masalah penindakan barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

3 jam lalu

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklarifikasi soal kebijakan penghapusan sistem kelas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Baca Selengkapnya