TEMPO Interaktif, Jakarta:Sejumlah warga Jakarta Barat, khususnya warga Kelurahan Kali Deres, Tegal Alur, Kamal, Semanan, Pegadongan, dan Duri Kosambi, mengeluh kekurangan air bersih akibat musim kemarau. "Kekurangan dirasakan mulai dari awal Juli," ujar Leman (30), warga Kelurahan Kali Deres, Senin (30/8). Kekurangan pasokan air bersih ini juga dirasakan oleh Lukman, warga Duri Kosambi. Menurutnya, warga yang biasa dengan mudah memperoleh air tanah sebelumnya, akhir-akhir ini sangat sulit. Dengan bantuan pompa listrik warga biasanya mudah memperoleh air tanah. "Sekarang ini pompa hanya dapat menyala selama satu jam, karena air di sumur telah kering," ujarnya. Oleh karena itu, Lukman menjelaskan, warga harus bangun pagi-pagi sekali untuk memperoleh air, karena air berlimpah hanya pada pagi hari.Untuk mengatasi keluhan warga ini, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah melalui Pemerintah Daerah Jakarta Barat menyalurkan 27 kontainer air bersih setiap hari. Sebanyak 23 kontainer di antaranya dipusatkan ke Kelurahan Kali Deres, karena kekeringan terberat dirasakan oleh warga daerah ini. Sisanya dikirimkan ke Kecamatan Cengkareng. Air tersebut selanjutnya dipasok ke tandon-tandon air milik warga untuk didistribusikan dengan harga Rp 250 per kalengnya.Akan tetapi, Leman menduga adanya penyelewengan distribusi yang dilakukan oleh para sopir kontainer di daerah Kecamatan Kali Deres. Bantuan air bersih itu yang seharusnya lebih diperuntukkan ke warga yang tinggal di luar kompleks real estate, disinyalir Leman banyak dialihkan ke warga yang tinggal di kompleks real estate. "Karena warga real estate mampu membeli dengah harga tinggi," ujarnya. Akibatnya, kata Leman, pasokan air di daerahnya berkurang dan harga air menjadi Rp 2.000 per kaleng.Ami Afriatni - Tempo News Room