Kaleidoskop 2015: Akseyna Pergi Membawa Misteri
Editor
Widiarsi Agustina
Selasa, 29 Desember 2015 19:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Akseyna Ahad Dori menemui nahas di bulan ketiga tahun ini, 2015. Tubuhnya ditemukan tewas mengambang pada Kamis 26 Maret 2015 di Danau Kenanga, samping Gedung Rektorat Universita Indonesia, Depok, Jawa Barat, tempatnya menimba ilmu.
Kepergian Akseyna menyimpan misteri hingga kini. Hingga tahun berakhir, polisi masih mencari jawaban misteri kematiannya. Bahkan tim penyelam dari Brimob Polda Metro Jaya dan TNI AL terus menyusuri dasar danau. Mereka mencari alat bukti tewasnya mahasiswa UI Akseyna Ahad Dori (18) di danau itu.
Polisi mengaku menemukan benda yang diduga milik pembunuh Akseyna. “Benda ini kami temukan setelah melakukan penyelaman berhari-hari,” ucap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti, kepada wartawan, pada Minggu, 6 Desember 2015.
Namun, Krishna belum mau menyebut benda apa yang ditemukan pihaknya di dasar Danau Kenanga UI. Menurutnya, benda itu merupakan petunjuk penting untuk kasus tewasnya mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UI Angkatan 2013. Sebab benda itu bukan milik Ace, panggilan akrab Akseyna, yang ditemukan tewas mengambang pada Kamis, 26 Maret 2015.
Tim reserse Polda tengah mencari tahu siapa pemilik benda tersebut. Krisna menjelaskan pihak Kampus UI sepakat membantu polisi mencari tahu siapa pemilik benda itu. “Kami berkoordinasi dengan pihak kampus untuk mencocokkan benda itu dengan data-data yang dimiliki oleh Fakultas MIPA UI. Kami ingin tahu kenapa alat itu sampai dibuang di dasar danau,” katanya.
Delapan bulan lebih, misteri itu tak terpecahkan. Semua orang akhirnya menengok di hari-hari terakhir mahasiswa yang kost di belakang kampus, kelurahan Kukusan. Ini karena banyak kejanggalan di balik mematiannya. Misalnya, ketika ditemukan, Ace mengenakan pakaian lengkap dan ransel yang berisi batu. Tak ada identitas diri sehingga polisi membawa jasad tak dikenal itu ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati.
Keluarga Ace yang tinggal di Yogyakarta gelisah karena beberapa hari tak ada kabar dari anaknya. Kolonel Sus Mardoto, sang ayah yang menjadi dosen di Akademi Angkatan Udara, menemui dosen dan rekan kuliah anaknya. Dia juga ke tempat kos dan Polres Depok. Akhirnya dia mengenali jasad anaknya di RS Polri.
Awalnya polisi menduga Ace bunuh diri. Hal ini merujuk pada selembar surat, yang disampaikan teman kuliah, tertempel di dinding kamar kost Ace: 'Will not return for please dont search for existence, my apologies for everything eternally.' "Berdasarkan data dan hasil labfor, tulisan di surat yang ditemukan di kamar kos Akseyna, benar adalah tulisan tangan Akseyna. Ini hasil labfor ya," kata Kapolres Kota Depok Komisaris Besar Ahmad Subarkah pada 5 Mei 2015.
Indikasi lain pada merosotnya nilai akademis Ace yang pernah menjadi juara ketiga bidang biologi, Olimpiade Sains Nasional 2012 di Jakarta. Informasi lain menyebut Ace kecewa karena dirinya tidak dimasukkan dalam tim Olimpiade Sains tingkat nasional. Padahal Akseyna merupakan juara Olimpiade Biologi tingkat regional.
Simak: Kaleidoskop 2015
Perwira Urusan Humas Polresta Depok, Inspektur Dua Bagus Suwardi mengatakan Akseyna sempat mengatakan kekecewaannya akan hal itu ke ibunya, sebulan sebelum ditemukan tewas. "Sebab dia itu kan juara penelitian biologi di tingkat regional, tapi kampus tidak mengikutsertakannya dalam tim lomba di tingkat nasional. Jadi dia kecewa. Kekecewaannya diutarakan korban ke ibunya sebulan lalu," kata Bagus pada 1 April 2015.
Mardoto membantah sinyalemen tersebut. Menurutnya, Ace adalah sosok anak cerdas, tidak mudah putus asa, dan sederhana. Ace, selalu juara di kampus, olimpiade dan dimana-mana. Dia meyakini Akseyna tewas dibunuh. Dia ingin polisi cepat mengungkap misteri kematian Akseyna yang hingga kini belum terpecahkan.
Polda Metro Jaya kemudian mengambil alih penyelidikan kasus kematian Ace. Penyidik makin yakin bahwa Ace dibunuh setelah melihat adanya luka lebam pada tubuh korban akibat hantaman benda tumpul. Selain itu, ada sobekan di belakang sepatu Ace yang diduga rusak karena pelaku menyeretnya ke Danau Kenanga.
Keyakinan ini bertambah setelah keluar analisis Deborah Dewi, grafolog dari Amerika Hand Writing Foundation. Deborah Dewi menyatakan ada dua orang yang menulis secarik kertas yang ditemukan teman Ace di kamar korban di Wisma Widya, Kelurahan Kukusan, Beji. Kesimpulan itu dia peroleh setelah melakukan pembesaran mikroskopik 200 kali pada surat asli.
Menurutnya ada indikator grafis yang menunjukkan bukti bahwa tulisan tangan di "surat wasiat" tersebut dibuat oleh 2 orang. Pada bagian pertama ditulis oleh Akseyna dan di bagian revisi oleh orang lain. "Tulisan tangan bagian pertama identik dengan tulisan tangan almarhum (asli), sementara ada bagian tulisan tangan dan tanda tangan yang dibuat oleh orang lain. Bagian yang ditulis oleh orang lain adalah bagian yang direvisi berikut penambahannya (not, for eternity, existence) dan tanda tangan," ucapnya.
TIM TEMPO