Pegawai Transjakarta melintas di depan bus Transjakarta yang baru diresmikan di Lapangan Monas, Jakarta, 22 Juni 2015. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan 20 unit bus gandeng Transjakarta merek Scania yang rencananya akan dioperasikan pada Juli 2015. TEMPO/M Iqbal Ichsan
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian masih mendalami kejiwaan Sentot Setiadi, pria yang membawa kabur bus Transjakarta hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah. Pada hari ini, 1 Agustus 2017, Sentot menjalani pemeriksaan di RS Polri Jakarta Timur. "Ya, hari ini diperiksa kejiwaannya di RS Polri," kata Kapolsek Ciracas Komisaris Tuti Aini.
Sentot telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pencurian bus Transjakarta. Saat diperiksa, Sentot mengaku berada di bawah bisikan gaib. Dia juga memberikan keterangan yang berbeda-beda dan kerap berbicara ngawur.
Tuti mengatakan, jika dari hasil pemeriksaan kejiwaan Sentot dinyatakan mengalami gangguan, kasus ini akan dihentikan. "Nanti kami hentikan jika hasil pemeriksaan menyatakan dia mengalami gangguan jiwa," ujarnya.
Sebelumnya, Sentot membawa kabur satu unit bus dari pul bus Transjakarta di Ciracas, 25 Juli 2017. Dia mengaku akan membawa bus itu untuk menjemput anak sekolah, dan petugas keamanan pun mengizinkannya.
Sentot ditangkap setelah membeli bensin di SPBU Bondansari, Pekalongan, Jawa Tengah, karena kabur dan tak membayar uang bensin sebesar Rp 300 ribu. Ia kemudian dikejar dan ditangkap polisi jalur di Pantura, Pekalongan, setelah sempat menyenggol truk kontainer.
Sentot merupakan sopir cadangan di Mayasari Bakti. Ia baru lima bulan bekerja di perusahaan yang menjadi salah satu operator layanan bus Transjakarta itu. Awalnya ia memang menjadi sopir utama. Namun, karena kerap melanggar dan tidak disiplin, ia diskors dan menjadi sopir cadangan sejak April 2017.