TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan tak peduli omongan Kepolisian Daerah Papua soal penyerangan Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua Tengah.
Dalam melakukan aksi penyerangan, TPNPB disebut kerap berbaur dengan masyarakat. Hal ini membuat Tentara Nasional Indonesia atau TNI-Polri sulit melepas serangan balasan karena khawatir mengenai warga sipil.
Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, mengatakan kelompok bersenjata sudah mengeluarkan perintah agar masyarakat sipil menghindari daerah yang menjadi pusat peperangan. "Yang jelas berkali-kali kami sudah mengumumkan kepada masyarakat," kata Sebby saat dihubungi Tempo pada Kamis, 9 Mei 2024.
Menurut dia, TPNPB sudah mengumumkan wilayah perang. Daerah perang itu berada Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak Papua, Nduga, Pegunungan Bintang, Yahukimo, Maybrat, dan kini termasuk Paniai. "Itu wilayah konflik bersenjata," ujar dia.
Perihal tudingan aparat soal kelompok nersenjata berbaur dengan masyarakat, Sebby menjelaskan soal alasan kelompok bersenjata perlu berbaur di tengah masyarakat. Alasannya peperangan yang digencarkan TPNPB merupakan perjuangan atas nama masyarakat Papua yang menginginkan merdeka.
Sebab itu, jalan yang ditempuh sebagai upaya mengusir penduduk Indonesia ilegal di tanah Papua. Sehingga dengan cara itu masyarakat asli Papua mendukung daerah ini merdeka. "Kami akan berjuang untuk warga asli Papua. Mengusir penduduk ilegal Indonesia," tutur dia.
Sebelumnya, Panglima TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma Egianus Kogeya atau Egianus Kogoya telah menentukan wilayah perang mereka sejak 2017, yaitu jalan trans Wamena, Nduga, Desa Mumugu, dan Batas Batu.
Terbaru, TPNPB menyerang Polsek Homeyo dan pos Komando Rayon Militer 1705-05/Homeyo di Distrik Homeyo, Kampung Pogapa, Intan Jaya, pada 30 April 2024. Dalam penyerangan satu warga sipili, Alexsander Parapak, 20 tahun, tewas. Keesokan harinya TPNPB membakar SDN Inpres Pogapa.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo, mengatakan aparat keamanan cukup kesulitan menahan serangan TPNPB karena sudah masuk ke dalam Distrik Homeyo dan berbaur. "Kalau sudah berbaur itu kan sangat susah," tutur dia, Senin, 6 Mei lalu.
Dia mengatakan, penyerangan itu berlangsung dari arah dekat dan dilakukan dari empat sudut. Saat KKB berbaur ke tengah masyarakat, aparat TNI-Polri kesulitan menghalau serangan.
Pilihan Editor: TNI Pakai Istilah OPM, Polri Nyatakan Tetap akan Sebut KKB