TEMPO.CO, Tangerang - Jonny Setiawan menyatakan penyesalannya telah membunuh bos bakmi, Vera Yusika Sumarna. “Saya menyesal. Saya betul-betul menyesal,” kalimat itu yang dia ucapkan pertama kali saat bertemu dengan Tempo di Kepolisian Resor Metropolitan Tangerang Kota, Senin petang, 25 September 2017. "Saya sayang Vera sampai sekarang. Wajahnya terbayang terus.”
Kepala Satuan Reserse Kriminal Umum Polres Metropolitan Tangerang Kota Ajun Komisaris Besar Dedy Supriyadi menyatakan Jonny pincang karena kakinya ditembak. Pria 36 tahun itu berusaha kabur ketika diminta menunjukkan pisau yang digunakan untuk menikam Vera. “Saat petugas mengaduk-aduk selokan penuh lumpur di depan rumah mertuanya, dia mencoba kabur. Terpaksa kaki kanannya didor," kata Deddy.
Berikut ini petikan wawancara Ayu Cipta dari Tempo dengan Jonny.
Tempo (T): Seberapa besar cinta Anda kepada Vera?
Jonny (J): Kami saling menyayangi dan bisa menerima kondisi masing-masing. Semua terjadi begitu saja karena hampir setiap hari kami bertemu, bekerja sama untuk usaha depot Bakmi Verlis.
T: Bagaimana Anda mengenal Vera?
J: Kami bertemu di grup BlackBerry Messenger. Namanya KPK, singkatan dari Ketemu Pasti Kongkow. Dia jadi ketuanya di grup itu. Vera dikenal supel dan baik. Mungkin itu yang membuat saya tertarik. Jadi begitulah (hubungan kami). Itu terjadi begitu saja.
T: Anda kenal dengan suami Vera, Andri Hartono?
J: Dia orang baik (sambil menganggukkan kepala). Sebelum buka di Cipondoh, saya lebih dulu bantu depot mi di Cengkareng. Jadi saya kenal.
T: Setelah menjadi mualaf, ibadah apa saja yang sudah Anda jalankan?
J: Salat alhamdulillah dijalankan. Di dalam (ruang tahanan) ada yang membimbing mengaji. Saya sudah sampai Iqro halaman 8 dan hafal Al-fatihah. Tapi saya belum punya peci (sambil memegang kepala).