TEMPO.CO, Jakarta -Aksi 299 di depan Gedung MPR/DPR, Jakarta Selatan, hari ini menghadirkan massa berjumlah ribuan, namun tak berbanding lurus buat para pedagang kaki lima.
Banyaknya massa yang berkumpul di satu area lokasi diharapkan dagangan mereka laris terjual. Berbagai macam dagangan ditawarkan seperti aneka minuman, ikat kepala, kaca mata hitam, kopiah hingga souvenir berupa pin. Pedagang kaki lima dengan gerobak juga tak kalah banyak seperti bakso, es krim, ketupat, gorengan, dan mie.
Baca : Massa Aksi 299 di Tugu Tani Hanya Sedikit, Sebab...
Rupanya keinginan dagangan laris hanyalah harapan. Penyebabnya antara lain adanya aneka sumbangan minuman makanan gratis, yang membuat para pedagang kecewa.
Salah satunya Ismet, pedagang teh di gelas. "Masak jualan dari pk 10.00 pagi sampai sekarang (15.00 lebih) baru seratusan yang laku. Banyak dapat gratisan sih." kata Ismet, 53 tahun, Jumat, 29 September 2017.
Warga Palmerah itu berdagang sejak muda, hari ini mengerahkan anak dan keponakan untuk membantu jualan. Sebuah galon plastik dengan daya tampung maksimal sebanyak 27 liter, baru laku 1,5 kali isinya. Galon tersebut mempunyai sebuah keran yang dikucurkan ke gelas yang sudah diisi es batu. Lalu, disusun ke bilah papan yang memiliki 18 lubang.
Es teh ala Pak Ismet siap dijajakan seharga lima ribu rupiah per gelas. "Ini esnya sudah 3 balok, air baru segitu. Banyakkan esnya deh." kata Ismet pernah berdagang pada event besar seperti PON atau keramaian lain hingga ke luar Jawa.
Simak pula : Aksi 299, Begini Aktivitas Normal di Kawasan Glodok
Siang menjelang sore masaa aksi masih memenuhi depan gerbang DPR. Berbagai organisasi datang seperti FPI, LPI, Bang Jafar, dan masih banyak lagi. Sebelum melakukan orasi di depan gedung DPR, massa melakukan sholat Jumat di berbagai mesjid terdekat.
Mereka menolak Perppu Ormas yang dianggap anti ormas Islam tapi melindungi Partai Komunis Indonesia. Dianggap anti ormas karena digunakan untuk membubarkan Hitzbut Tahir Indonesia, menangkap ulama dan aktivis Islam. Aksi 299 ini meminta para wakil rakyat yang berada di DPR mau mendengarkan suara mereka dan memenuhi tuntutan.
MARIA FRANSISCA