TEMPO.CO, Jakarta -Pegiat Urban dan Energi Perkotaan Walhi Dwi Sawung mengatakan seseorang yang tewas akibat menghirup atau keracunan gas hidrogen sulfida (H2S) dikarenakan kandungannya tinggi.
“Jadi sirkulasinya enggak bagus dan konsentrasinya tinggi,” kata dia saat dihubungi Tempo, Ahad, 1 Oktober 2017.
Baca : Begini Kronologi 7 Warga Keracunan Gas Limbah Kardus Telur di Bogor
Sawung menjelaskan H2s terbentuk dari adanya pembusukan dan gas tersebut lebih berat dari udara, maka H2s dapat terendapkan jika sirkulasi tempat pembuangan limbah tidak baik. “Kalau sampai bisa membuat orang meninggal, pasti ini limbah dari pabrik, bukan home industri,” ujarnya.
Menurut Sawung, dengan limbah sebesar itu, seharusnya parbrik tersebut memliliki pendeteksi H2s yang dapat dibeli dengan mudah, juga tidak berdiri dekat dengan pemukiman, karena dapat mencemari lingkungan. “Jika H2s mencemari air, akan menyebabkan korosi,” ucapnya.
Tujuh orang ditemukan tewas dalam bak penampungan limbah kardus telur pada Sabtu petang, 30 September 2017. Para pekerja pembuat kardus tempat telur di Kampung Cibunar Kadusun RT 01 RW 04, Desa Cibunar, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, tersebut diduga keracunan gas H2s.
Baca Juga:
Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Andi Muhammad Dicky menjelaskan, para korban ditemukan tewas sekitar pukul 14.30 di dalam bak dengan kedalaman sekitar 4 meter dan berukuran sekitar 4 x 4 meter. Para korban adalah Mulyadi, 19 tahun, warga Kampung Mancak, Desa Labuan,Serang; Joko (30), warga Suabanya; Ade Setiawan (40); Iwan (35); Into (17); Dedi Junaedi (45); dan Samsuri (45), warga Kampung Cibunar, Parungpanjang, Bogor.
Menurut Andi, tiga korban di antaranya merupakan pegawai yang sedang membersihkan kolam, sementara empat lainnya warga yang hendak menolong.
Peristiwa nahas keracunan fatal itu bermula ketika Iwan, pegawai tempat pembuatan kardus telur, akan menguras limbah kardus dengan cara turun ke kolam menggunakan tangga bambu. Hanya dalam dua menit, korban jatuh pingsan sehingga tubuhnya terendam lumpur limbah kardus telur.
CHITRA PARAMAESTI | M. SIDIK PERMANA