TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan didorong segera merampungkan pembangunan sejumlah waduk untuk mengatasi banjir. Saran tersebut disampaikan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Jarot Widyoko.
“Jakarta memerlukan banyak waduk untuk menampung air hujan agar tidak langsung masuk ke sungai-sungai,” kata Jarot Widyoko seperti dikutip Koran Tempo terbitan Rabu, 21 Februari 2018.
Jarot menjelaskan, saat ini sungai-sungai di Jakarta banyak yang mengalami pendangkalan dan penyempitan. Akibatnya, ketika curah hujan tinggi dan ada kiriman air dari Bogor, sungai-sungai di Ibu Kota tak mampu menampung air. Akhirnya banjir pun tak terelakkan.
“Jalan keluarnya dibuatkan waduk-waduk itu,” ujar Jarot pada Selasa, 20 Februari 2018.
Baca juga: Menanti Waduk Ciawi Siap Bentengi Jakarta dari Banjir Kiriman
Awal Februari lalu, sejumlah lokasi di sekitar aliran Sungai Ciliwung—seperti Kampung Melayu, Cawang, dan Manggarai—terendam banjir selama beberapa hari. Banjir terjadi karena Ciliwung tak mampu menampung kiriman air dari Bogor.
Menurut Jarot, normalisasi sungai-sungai, sodetan Ciliwung, hingga pembangunan Waduk Ciawi serta Sukamahi di Megamendung, Bogor, tak akan maksimal mengurangi banjir di Ibu Kota jika tidak didukung ketersediaan waduk. “Karena DKI memang perlu tampungan untuk mengurangi limpasan air (sungai yang meluap),” tuturnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Teguh Hendarwan, mengungkapkan bahwa pembangunan waduk di Jakarta terganjal masalah pembebasan lahan. Saat ini ada beberapa bidang lahan milik penduduk yang belum dibebaskan. Tahun ini, Dinas menganggarkan sekitar Rp 500 miliar untuk pembebasan lahan bakal waduk.
Teguh mencontohkan pembangunan Waduk Brigif di Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang terhambat masalah pembebasan lahan. Menurut dia, dari 11 hektare lahan untuk waduk, Dinas perlu membebaskan lagi sekitar 6.000 meter persegi lahan penduduk. Dinas mulai membangun Waduk Brigif sejak April 2014. Saat ini, waduk itu belum berfungsi maksimal meski telah menampung air.
Contoh lainnya, menurut Teguh, ialah pembangunan Waduk Rawa Lindung di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
“Untuk Rawa Lindung, itu tinggal satu bidang lahan (belum bebas), sekitar 2.000 meter persegi,” tuturnya. Waduk Rawa Lindung direncanakan diperluas hingga 14.700 meter persegi sejak Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Adapun pembangunan Waduk Pondok Ranggon I, II, dan III di Cipayung, Jakarta Timur, menurut Teguh, terhambat keterbatasan alat berat. Alat keruk, misalnya, saat ini masih digunakan di Waduk Kampung Rambutan, Cimanggis, Pekayon, Jakarta Timur. “Tinggal kami keruk, tapi kan alatnya terbatas,” ujar dia.
Waduk Brigif, jika sudah berfungsi optimal, bisa menjadi penampungan air sehingga tak menambah debit air Kali Krukut. Sedangkan Waduk Cimanggis diperkirakan bisa menampung air dan tak menambah debit air Kali Cipinang. “Kalau seluruh waduk sudah berfungsi maksimal, bisa mengurangi debit air kali dan sungai sekitar 30-40 persen,” kata Teguh.
Simak juga: Jakarta Dilanda Banjir, Anies Baswedan: Saya Bertanggung Jawab
Ketua RT 03, RW 01, Kelurahan Cipedak, Jagakarsa, Mat Zen, menuturkan masih ada lahan milik tujuh penduduk yang belum dibebaskan untuk pembangunan Waduk Brigif guna mengatasi banjir.
Masyarakat berharap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera membebaskan lahan agar segera memiliki uang untuk mencari tempat tinggal baru. “Mau pindah nunggu ganti ruginya,” katanya.