TEMPO.CO, Tangerang -Ketua KNKT Soerjanto Tjahyono menyebutkan pilot pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang meminta Return to Base (RTB) atau balik ke pangkalan pada menit ke 3 setelah lapas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
"Ketinggian sekitar 2.000-3.000 kaki," ujar Soerjanto kepada Tempo usai memberikan keterangan pers di Crisis Center Bandara Soekarno-Hatta, Senin 29 Oktober 2018 soal jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 itu.
Baca : Basarnas Menduga Para Korban Masih Terjebak di Pesawat Lion Air JT 610
Pesawat yang mengangkut 188 orang yang terdiri dari 181 penumpang dan 7 awak itu lepas landas sekitar pukul 6.22
Menurut Soerjanto, permintaan RTB itu ditindaklanjuti oleh petugas Air Traffic Control Bandara Soekarno-Hatta. Namun, delapan menit kemudian pesawat tersebut hilang dan dinyatakan los kontak tepatnya pada pukul 6.31. "Penyebab RTB nya masih kami selidiki," katanya.
Petugas gabungan melakukan pencarian penumpang dan kru pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Pantai Pakis Jaya, Karawang, Jawa Barat, Senin, 29 Oktober 2018. Selain korban, upaya menemukan kotak hitam pesawat juga menjadi prioritas. TEMPO/Subekti
Sebelumnya, Kepala Otoritas Bandara Soekarno-Hatta Bagus Sunjoyo mengakui pilot Lion Air JT 610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat sempat meminta Return To Base (RTB) setelah beberapa menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. "Betul ada laporan pesawat untuk RTB," kata Bagus saat memberikan keterangan di Bandara Soekarno-Hatta, Senin 29 Oktober 2018.
Simak juga :
Evakuasi Lion Air JT 610: Enam Kantong Mayat Dibawa ke RS Polri
Permintaan untuk RTB itu, kata Bagus, disetujui oleh petugas Air Traffic Control Bandara Soekarno-Hatta. "Tapi penyebab permintaan kembali itu belum diketahui, sedang diselidiki KNKT," katanya.
Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat. Menurut Soerjanto, KNKT belum menemukan kotak hitam pesawat. "Kami sedang melakukan proses pencarian menggunakan alat khusus dengan menyelam hingga 30 meter ke dasar laut," kata dia.