TEMPO.CO, Jakarta -Kritik datang untuk Ahmad Dhani terkait pernyataannya menjelang sidang tuntutan perkara ujaran kebencian yang sedang menjeratnya. Musikus yang belakangan menjadi politikus itu menyatakan kepada jaksa agar tak menuntutnya lebih berat daripada yang pernah diterima Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama.
Baca juga:
Adik Ahok Buat Pernyataan Mengejutkan tentang Ahmad Dhani
Ahmad Dhani dijerat karena ujaran kebencian yang didakwakan dibuatnya terhadap Ahok. Ujaran kebencian terkait tuduhan penistaan agama yang kini memenjarakan mantan Gubernur Jakarta tersebut. Menurut Ahmad Dhani, apa yang dilakukan Ahok lebih berat daripada dakwaan terhadap dirinya.
Pengacara Ahok, I Wayan Sudirta, punya pendapat berbeda. Dia menyatakan, Ahmad Dhani tidak bisa membandingkan perkara ujaran kebencian dengan perkara yang pernah menjerat kliennya itu. “Bagaimana bisa membandingkan kasus Ahok dengan yang lain, saya juga tidak mengetahui masalahnya jadi saya sulit membicarakan kasus lain,” ujar Wayan, Selasa 6 November 2018.
Ia menjelaskan bahwa setiap kasus hukum berbeda-beda dengan latar belakang dan fakta yang tidak sama. “Kasus sejenis ada, tapi kasus yang sama itu tidak ada.”
Terdakwa kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (kedua kiri) berjalan memasuki ruang sidang di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, 7 Maret 2017. Persidangan hari ini bertepatan dengan hari pertama kampanye putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Baca berita sebelumnya:
Ahmad Dhani Minta Tuntutan Tak Lebih Berat Daripada Ahok
Menurut dia, Ahmad Dhani tidak perlu lagi menyinggung kasus atau perkara yang menjerat Ahok apalagi memperbandingkannya. Wayan menyarankan pentolan manajemen musik Republik Cinta yang kini terdaftar sebagai caleg dari Partai Gerindra itu menghadapi saja kasus pidana yang dituduhkan kepadanya secara ksatria.
“Dan dia mesti hati-hati membicarakan kasus Ahok. Karena yang paling tahu Ahok dan pengacara-pengacaranya” katanya sambil menambahkan, “Kalau Pak Dhani masa sih tahu kasus Ahok, kan tidak pernah membaca berkasnya?”