TEMPO.CO, Jakarta - Banjir dari luapan Kali Ciliwung sepanjang Jumat 26 April 2019 tak luput menerjang permukiman warga RT 03/RW 04 Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lokasi ini memang termasuk di bantaran Ciliwung yang hari itu debitnya melonjak karena hujan lebat di hulunya di wilayah Bogor.
Baca:
Ciliwung Meluap, Warga Cililitan Kecil Bandingkan Banjir 2013
Seorang warga setempat, Asmat Yusuf, mengatakan kalau masyarakat sudah siaga sejak mendengar Bendung Katulampa di Bogor berstatus Siaga 1 pada Kamis malam. Lonjakan debit di Katulampa terbukti tiba di Pejaten sekitar Pukul 4 WIB. Air luapan Ciliwung merangsek masuk ke rumah.
Menurut Yusuf, banjir mencapai titik tertinggi sekitar dua meter dari bibir kali sekitar pukul 9 lalu berangsur surut sejak Pukul 11. "Ketika airnya sudah mulai kering kami kerja bareng-bareng membersihkan lumpurnya sebelum mengeras atau mengendap," kata dia mengisahkan.
Seorang warga RT 04/RW 03, Pejaten Timur, Jakarta Selatan menunjukkan ketinggian air saat banjir datang dari luapan Kali Ciliwung di belakang rumahnya itu pada Jumat pagi, 26 April 2019. Tempo/ M Yusuf Manurung
Saifudin Malik, warga lainnya, mengatakan, warga RW 04 biasa mengalami banjir kiriman dari Bogor lima tahun sekali. Itu sebabnya masyarakat sudah siaga dan saling membantu. "Kami punya lingkungan, alhamdulillah, kompak," kata dia.
Simak juga :
Banjir Akhir April, BPBD DKI Sebut Ada 17 Titik di Jaksel dan Jaktim
Sedikit perbedaan pada tahun ini, Saiful berujar, banjir besar sudah datang dua tahun berturut-turut. Sebelumnya, luapan Ciliwung merendam perumahan mereka hingga tiga meter pada Maret 2018. "Sebelum 2018 itu terakhir 2013, jadi biasanya lima tahun sekali," kata dia.
Banjir besar serupa terjadi pada 2013 sebelumnya diungkap warga di Cililitan Kecil, Kramatjati, Jakarta Timur. Jihad, nama warga Cililitan Kecil itu, mengungkap perbedaan di antara dua kejadian banjir itu. "Kalau 2013 itu lebih tinggi cuma surutnya cepat. Nah, kalau sekarang, surutnya lama," kata dia, Jumat.