TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pencari suaka masih berada di penampungan hingga hari ini karena uang bekal UNHCR untuk hidup mandiri tidak mencukupi. Mereka menyebut uang pesangon itu tidak sesuai dengan biaya hidup di Jakarta.
"Ini tidak sesuai, saya sendiri keluarga tujuh orang. Saya dikasih Rp 1.600.000 untuk sewa tempat dan makan. Saya bilang ini tidak cukup, dia pun (UNHCR) setuju tidak cukup. Katanya mereka hanya bisa bantu segitu doang, tapi saya tidak terima," kata M. Sadiq, pengungsi asal Afganistan di penampungan, Sabtu, 31 Agustus 2019.
Menurut Sadiq pesangon sebanyak Rp 1,6 juta itu tidak cukup untuk biaya hidup keluarganya selama satu bulan di Jakarta. Karena biaya hidup di Jakarta cukup mahal. Untuk itu dia lebih memilih tetap tinggal di penampungan daripada pergi ke Tebet untuk mengambil uang pesangon tersebut.
"Orang yang enggak terima ya masih di sini. Saya enggak terima karena kan belum biaya kesehatan, biaya makan, dan biaya sewa kos mana cukup uang segitu," kata dia.
Sadiq menuturkan dia lebih memilih tetap tinggal di penampungan di eks kodim daripada menerima bantuan yang tidak sesuai kebutuhan. Apalagi Menurut dia, bantuan itu hanya diberikan sekali saja untuk bulan ini.
"Sebelumnya memang kita di janjikan bakal dikasih enam bulan, tapi di surat perjanjian cuma dikasih satu bulan saja," katanya.
Sadiq sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya DKI Jakarta karena sudah membantu memberikan tempat tinggal di Kalideres.
Dia menghargai keputusan pemerintah DKI Jakarta untuk mengosongkan gedung eks kodim. "Pertama kami terima kasih kepada pemerintah dan warga yang udah cukup bantu kami selama di sini. Setelah ini urusan kami dengan UNHCR, kami akan balik lagi ke depan kantor UNHCR," kata Sadiq.
Hal senada juga diakui oleh Nurullah Fatih, pengungsi asal Afganistan. Dia menyebut bantuan yang diberikan hanya cukup untuk sewa kos-kosan saja.
"Saya bertiga sama istri dan anak, saya dikasih Rp. 1.300.000 itu hanya untuk sewa kos satu kamar saja. Untuk makan mana," katanya di penampungan.
Nurullah menyebut pesangon yang di terima masing-masing pengungsi jumlahnya berbeda. Untuk yang sendirian terima Rp 1.000.000, bertiga bersama keluarga Rp 1.300.000, dan berlima atau lebih Rp 1.600.000.
Nurullah berharap badan pengungsi PBB tidak hanya memberikan uang pesangon saja, tetapi kalau bisa mereka diberikan tempat tinggal dan uang belanja secukupnya seperti apa yang diberikan oleh IOM.
Karena pesangon yang diterima nilainya tidak mencukupi kebutuhannya selama sebulan ke depan, dia akan kembali tinggal di trotoar depan kantor UNHCR bersama pencari suaka yang lain. "Kami akan ramai-ramai kembali ke trotoar depan kantor UNHCR, karena uang yang diberikan tidak sesuai," kata dia.