TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) menaruh harapan besar atas pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin. Mereka berharap pemerintah ke depannya lebih memihak kepada rakyat kecil, khususnya para pedagang kecil pengais rezeki di jalanan.
"Ya semoga bapak presiden lebih memperhatikan nasib pedagang kupat sayur seperti saya ini," kata Aqso (56) pedagang ketupat sayur saat ditemui di bawah Jalan Gerbang Pemuda depan Jalan Layang Ladogi, Minggu.
Aqso yang sehari-hari berjualan di pinggir jalan kerap berhadapan dengan petugas ketentraman dan ketertiban (Trantib) yang siap menyita gerobak miliknya. Selama 35 tahun berjualan ketupat sayur, Aqso mengaku sudah kehilangan 15 gerobak dan 10 gotongan ketupat sayur karena diamankan oleh Trantib.
Biasanya Aqso mengaku berjualan ketupat sayur di kawasan Sudirman. Pembelinya merupakan pekerja kantoran yang sudah menjadi pelanggan.
Setiap ada acara atau peristiwa di sekitar Senayan, dia selalu mendatangi lokasi tersebut. Harapannya cuma satu, bisa mendapatkan rejeki lebih banyak.
"Kalau ada acara ini biasanya lebih ramai yang beli, makanya kita datang ke mari (Senayan)," kata bapak enam orang putri tersebut.
Seperti demontrasi yang terjadi selama 24 dan 25 September, pelantikan anggota dewan tanggal 1 Oktober, Aqso dan pedagang lainnya berlomba-lomba mencari rezeki. Banyak pedagang yang datang ke gedung Parlemen Senayan.
Bedanya kalau jualan hari-hari dapat penghasilan sekitar Rp200 ribu, saat ada kejadian atau ada kegiatan pengaman pedagang bisa bawa pulang uang Rp600 ribu.
"Kadang suka dikasih info sama anggota (polisi) juga, kan saya langganannya kebanyakan polisi," kata Aqso.
Selain acara demo atau kegiatan penting lainnya, Aqso dan teman-teman pedagang memanfaatkan momen seperti pertandingan sepakbola di Stadion Gelora Bung Karno untuk bisa berjualan. Bahkan rela jauh-jauh ke Monas untuk penghasilan yang lebih baik. Menurut Aqso, nasib pedagang kecil seperti dirinya hanya bisa berjualan di pinggir jalan, untuk menyewa tempat, mereka jelas tidak mampu.
Aqso mengaku pernah beberapa kali menyewa tempat di dalam GBK saat ada pertandingan Tim Nasional Indonesia maupun Persija Jakarta. Namun dia mengaku merugi karena harus membayar uang sewa sebesar Rp 1 juta.
"Gimana saya mau sewa, setiap kali saya sewa uang yang saya dapat cuma Rp800 ribu sampai Rp900 ribu," kata Aqso.
Aqso menyebutkan, pedagang yang bisa menyewa tempat di GBK hanya pedagang bermodal, tidak pedagang seperti dirinya.
Harapan senada juga disampaikan Syaifudin (55), PKL asal Kuningan penjual es cendol yang biasa mangkal di Cawang.
"Harapan saya presiden terpilih bisa ciptakan rakyat adil makmur, aman dan sejahtera, jualan jangan digaruk, kasih ruang buat pedagang kecil," kata Syaifudin.