TEMPO.CO, Jakarta - Kampoeng Kurma dipermasalahkan oleh sejumlah investornya. Korban mengaku diiming-imingi keuntungan besar sehingga tertarik menaruh uang mereka.
Irvan Nasrun, seorang investor Kampoeng Kurma menyatakan bergabung bersama perusahaan itu pada awal 2018. Saat itu, Irvan, menyatakan bahwa pihak PT Kampoeng Kurma menawarkan keuntungan yang sangat menarik.
Pria berusia 44 tahun itu menyatakan bahwa pihak PT Kampoeng Kurma menyatakan setiap kavling seluar 400 meter persegi bisa menghasilkan keuntungan Rp 150 juta jika berbuah dalam waktu lima tahun. Setiap kavling dijual dengan harga beragam.
"Dan setiap tahunnya dijanjikan akan berbuah," kata Irvan ketika dihubungi Tempo, Kamis, 14 November 2019.
Awalnya, Irvan menginvestasikan uangnya sebesar Rp 99 juta untuk satu kavling. Terus diiming-imingi keuntungan besar, dia pun kembali membeli enam kavling pada pertengahan tahun 2018. Total dana yang dia keluarkan sebesar Rp 417 juta.
Kecurigaan Irvan mulai muncul ketika pada akhir 2018 pihak Kampoeng Kurma tak juga memberikannya sertifikat Akta Jual Beli (AJB) tanahnya. Dia pun akhirnya meminta manajemen mengembalikan dananya.
“Saya minta dana kembali karena belum ada jual beli, lahannya belum siap, pohon juga belum ditanam, fasilitas pun belum. Jangankan pohon, lahan saja belum diratakan,” kata Irvan.
Irvan kaget karena ternyata banyak investor lain yang juga merasa ditipu. "Ternyata bukan hanya saya yang sudah mengajukan pengembalian dana tapi banyak pembeli lain pun sama namun belum ada hasilnya," kata dia.
Menurut Irvan, para investor telah melakukan somasi secara resmi sebanyak tiga kali kepada pihak Kampoeng Kurma. Mereka juga sudah membicarakannya melalui telepon dan aplikasi percakapan Whatsapp.
“Sudah disomasi tiga kali secara resmi, sebelumnya saya hubungi melalui telepon dan Whatsapp tapi tanggapan mereka selalu bilang enggak ada dana. Setiap somasi juga saya bilang ke mereka kalau mereka enggak tepati janji, saya akan angkat ini ke media,” kata Irvan, yang menjadi korban investasi bodong.
Tribudi, investor lainnya, mengatakan pihak Kampoeng Kurma pernah menyatakan bahwa kondisi keuangan mereka saat ini memang sedang kurang sehat. Dalam sebuah pertemuan, pihak direksi pun berjanji akan mengganti uangnya pada April mendatang.
Itu pun, menurut dia, menunggu penjualan sejumlah aset. Berdasarkan pantauan Tempo, gedung kantor Kampoeng Kurma di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara, Kota Bogor, memang telah dipasang tulisan akan dijual.
"Mereka berjanji akan membereskanya dan minta kami bersabar, mereka pun akan menjual gedung kantor dan perusahaan Kurma TV bagi konsumen yang meminta dana kembali," kata dia. "Masalahnya bangunan kantor yang akan mereka jual ini belum laku, jadi bagaimana mungkin mereka bisa membayar sedangkan kondisi keuangan mereka beasalah."
Namun, tak seperti Irvan, Tribudi mengaku masih optimis Kampoeng Kurma akan bangkit. Tribudi mengaku awalnya membeli kavling kebun kurma di wilayah Jonggol akan tetapi pihak perusahaan menginformasikan jika lokasi kavling milknya tidak bagus untuk ditanam kurma. Alhasil perusahaan pun mengalihkan kavlingnya ke kebun yang berada di Cirebon.
"Saya pribadi masih optimis invetasi membaik karena di beberapa daerah seperti Cirebon perkebunannya sedang berjalan dan mulai tumbuh," kata dia.
MEIDYANA ADITAMA WINATA| M SIDIK PERMANA| MARTHA WARTA