TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan belum melihat adanya indikator pemerintah melakukan rem darurat masa transisi ke pembatasan sosial berskala besar Atau PSBB. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menyebut angka reproduksi efektif (Rt) virus corona masih bertahan di angka 0,99 pada hari ke-12 transisi.
"Dari kemarin kami lihat masih 0,99. Sama," kata Anies melalui rekaman suara yang diberikan Humas DKI, Selasa, 16 Juni 2020. "Sudah jalan seminggu, masih segitu."
Baca juga: Sekolah Buka di DKI, Anies Baswedan: Belum Aman untuk Anak-anak
Menurut dia, angka penularan tersebut dilihat dari indikator epidemiologi dan kesehatan masyarakat. Pemerintah pun telah menggenjot jumlah orang yang diperiksa.
Anies menuturkan angka yang saat ini muncul merupakan peristiwa yang terjadi satu sampai dua pekan lalu. "Jadi peristiwa yang terjadi dua minggu lalu, baru kelihatan angkanya sekarang. Jadi peristiwa selama seminggu terakhir ini, ya kita harus tunggu lagi satu sampai dua minggu ke depan."
Lebih jauh Anies menuturkan pemerintah bakal menghentikan masa transisi dan kembali kepada pembatasan sosial yang ketat jika indikator epidemiologi memburuk atau berdampak negatif terhadap keselamatan warga.
"Jadi kuncinya adalah bila indikator-indikator menunjukkan keselamatan warga terancam, maka kita harus mengendalikan dengan menerapkan PSBB pratransisi," ujarnya.
Namun, selama evaluasi 10 hari terakhir, indikator itu tidak nampak. Artinya, Anies menegaskan, bahwa selama satu pekan ini tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan DKI akan kembali ke PSBB.
Menurut dia, yang menentukan kebijakan pemerintah kembali pada PSBB atau tetap meneruskan transisi normal baru adalah prilaku masyarakat. "Jadi 11 juta penduduk DKI itulah yang menentukan apakah kita akan terus melewati transisi ini dengan baik atau tidak. Karena itulah kenapa perlu semua disiplin, semua perlu menaati protokol kesehatan supaya kita tidak harus kembali lagi," kata Anies Baswedan.