A yang duduk di bangku kelas 3 SMP membenarkan cerita ayahnya. “Tadinya salat, terus ketemu teman, katanya ‘ikut yuk,’ saya bilang ayo deh, penasaran,” katanya tentang awal mula bisa ikut berdemo. Ia mengaku ingin merasakan bagaimana demonstrasi berlangsung, dan mengiyakan ajakan kawannya tersebut. A kemudian berangkat bersama-sama kawannya, menaiki truk dari Bekasi.
Tentang ajakan berdemo, ia mengaku hanya mengetahui agenda demonstrasi lewat ajakan temannya tersebut. “Ngeliat doang, terus makan,” tambahnya. Menurutnya mereka berencana akan menonton demonstrasi, dan makan bersama sesudahnya. “Belum sampai ke tempat demo, di bunderannya baru ketangkap di situ,” ujarnya tentang penangkapan polisi. Ia bercerita truknya dihentikan di Bundaran HI, dimana ia bersama kawan-kawannya ditangkap.
Seorang pemuda menangis sembari memeluk orang tuanya yang datang menjemputnya di Polda Metro Jaya, Rabu, 14 Oktober 2020. Suasana penjemputan tersebut diwarnai dengan tangisan para pemuda dan orang tua mereka. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Tentang penangkapan para pemuda tersebut di Bundaran HI, Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyatakan hal tersebut merupakan bentuk pencegahan. “Cara preventif sudah dilakukan yaitu razia, sudah amankan anak-anak yang niatnya ikut kerusuhan. Di Bundaran HI ketemu dump truck isinya anak-anak, semua mau diajak rusuh,” kata Yusri di kantornya hari ini.
Budi berharap A tak lagi mengikuti acara yang belum tentu dipahaminya. “Aksi yang belum dimengerti ya kalau bisa dihindari, gitu saja, atau di medsos juga banyak, gak perlu datang,” tambahnya. Meski begitu, ia memaklumi rasa ingin tahu putranya. “Mungkin anak muda namanya penasaran, katanya tadi kepengen tahu demo itu kayak apa, pengen ngerasain suasana medannya demo kayak apa,” jelasnya.
A mengaku menyesal sudah mengikuti ajakan tersebut. “Nyesel sih, gak mau ikut lagi,” katanya. Menimpali anaknya, Budi menyayangkan A yang membuat khawatir kedua orang tuanya karena tidak memberi kabar. “Saya gak tau, mau kemananya tidak bilang, tahu-tahu sudah di Polda. Orang tua waswas, apalagi ibunya di rumah, nangis khawatir.”
WINTANG WARASTRI | MARTHA WARTA