Tiap daerah saat ini diminta melaporkan penggunaan vaksin yang sudah diterimanya. “Kita mau lihat kabuapten/kota ini menerima vaksin berapa, terserap berapa. Nanti ketahuan,” kata Daud.
Daud mengatakan, sejumlah daerah ada yang mengeluhkan pengiriman vaksin yang di cicil. Pengiriman vaksin yang diterima provinsi dari pusat juga tidak sekaligus. “Kadang cuma sedikit. Kalau datang ke daerah sedikit-sedikit tapi sering, ada yang bilang berat di ongkos,”kata dia.
Sejumlah daerah sehingga menahan distribusi vaksinnya, untuk menghemat biaya pengiriman.
Daud mengatakan, Menteri Kesehatan dalam rapat terakhir meminta daerah agar mengatur ritme penyuntikan vaksin. “Kalau secara nasional kata Menteri, Juni itu paling 20-24 persen vaksin yang ada dari kebutuhan nasional. Coba atur ritme, jangan sampai, maunya Meteri, jangan sampai ada hari yang kosong tanpa vaksinasi,”kata dia.
Daud mengatakan, ada sejumlah daerah yang memiliki tenaga vaksinasi mencukupi, sehingga vaksinasinya lebih cepat. “Ada satu daerah, mereka ini sudah habis (vaksinnya) karena tenaganya banyak. Harusnya daerah tersebut mengatur ritme,” kata dia.
Penyuntikan target lansia diakuinya lambat. “Lansia itu ada yang sulit untuk pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan, ada yang tidak datang karena tidak ada yang ngantar. Ada kendala itu,” kata dia.
Salah satu rencana yang tengah dibahas adalah kemungkinan jemput bola khusus untuk penyuntikan vaksin pada lansia. “Bagaimana caranya supaya lansia ini ada yang nganter ke fasilitas pelayanan kesehatan. Bagaimana caranya mendekatkan pelayanan pada lansia,” kata Daud.
Daud mengatakan, kendala lainnya adalah kerap lansia batal menjalani penyuntikan vaksin karena terbentur kondisi kesehatannya. “Saat skrining tidak bisa disuntik, ada yang seperti itu,” kata dia.
Baca juga : Satgas Covid-19 Ubah Aturan Perjalanan: Ada Opsi GeNose, PCR ke Bali Berlaku 2 Hari
Daud mengatakan, saat ini juga ada perubahan jeda waktu penyuntikan vaksin Covid-19 antar dosis. Sebelumnya jeda antar dosis 14 hari, kemudian khusus lansia jedanya jadi 28 hari. Yang terbaru untuk target sasaran dewasa disamakan jadi 28 hari jedanya. “Jadi usia 18 ke atas jadi 28 hari,” kata dia.
Daud mengatakan, perubahan jeda vaksinasi antar dosis tersebut membuat jadwal vaksinasi terpaksa di atur lagi. “Kita ngatur lagi. Jadi di masa peralihan ini, yang jadwalnya sudah 14 hari ya sudah dihabiskan. Yang belum kebagian di reskedul,” kata dia.
Jawa Barat mematok target vaksinasi untuk tahap satu dan dua menembus 6,7 juta orang. Terdiri dari tenaga kesehatan 181 ribu orang, petugas pelayan publik 2,19 juta orang, serta lansia 4,4 juta orang.
Dari seluruh target tersebut baru 1,081 juta orang yang mendapat vaksinasi dosis pertama, dan lebih dari 450 ribu orang mendapat vaksinasi dosis kedua.
Vaksinasi Covid-19 dosis pertama untuk tenaga kesehatan misalnya sudah menembus lebih dari 206 ribu orang, sementara dosis dua baru lebih dari 159 ribu orang.
Masih menurut catatan Satgas Covid-19, petugas publik untuk dosis pertama 767 ribu orang, dan dosis dua 291 ribu orang. Lalu lansia untuk dosis pertama 170 ribu orang, dan dosis kedua baru menembus lebih dari seribu orang.
AHMAD FIKRI