TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian berjudul 'High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia' menunjukkan konsentrasi parasetamol di sampel air Angke mencapai 610 ng/L dan Ancol 420 ng/L. "Konsentrasinya sangat minim, tapi memberi dampak bukan ke manusia saja, tapi ke hewan juga yang ada di sana," kata Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zainal Arifin yang terlibat dalam penelitian itu, dia saat dihubungi, Jumat, 1 Oktober 2021.
Ada empat peneliti yang terlibat dalam penelitian, termasuk Zainal. Tiga peneliti lainnya berasal dari School of Pharmacy and Biomolecular Sciences, University of Brighton, yakni Wulan Koagouw, George W.J. Olivier, dan Corina Ciocan.
Menurut Zainal, penelitian itu baru studi awal yang perlu didalami lagi. Penelitian belum sampai menyelidiki sumber limbah obat-obatan yang kemudian masuk ke air laut.
Penelitian ini belum bisa menyimpulkan sumber kandungan parasetamol. Zainal memprediksi kandungan parasetamol ini berasal dari industri atau pemakaian individu. Mengingat masyarakat terkadang berlebihan minum obat yang mengandung parasetamol.
Faktor pencemaran kedua adalah pengelolaan limbah cair yang buruk. Zainal mengingatkan pemerintah pusat dan daerah untuk lebih memperhatikan sistem pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke laut.
"Karena parasetamol itu akan diekskresikan, dibuang lewat air seni dan juga fesesnya."
Riset soal pencemaran ini terbit tahun ini, tapi pengumpulan sampel air laut dilakukan pada akhir 2018 atau 2019. "Risetnya sebelum Covid-19," kata Zainal. Penelitian ini diterbitkan dalam MarinePollutionBulletin edisi Volume 169, Agustus 2021 yang dapat diakses di www.sciencedirect.com.
Baca juga: Studi Temukan Air Laut di Kawasan Angke dan Ancol Terkontaminasi Parasetamol