Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Identik dengan Tokoh NU, Asal Sebutan Gus Ternyata dari Keraton

image-gnews
Puluhan santri Pondok Pesantren Baitul Musthofa membaca Al Quran dengan menggunakan penerangan lampu sentir dan juga lilin di Kedung Tungkul Mojosongso, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Selasa 4 Mei 2021. Kegiatan rutin tahunan yang biasanya dilaksanakan ditanah lapang yang terletak didepan pondok tersebut diselenggarakan sejak tahun 2009, melalui kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat membaca Al Qur'an di kalangan para santri dan masyarakat sekaligus dapat mencintai alam yang merupakan ciptaan Allah SWT. TEMPO/Bram Selo
Puluhan santri Pondok Pesantren Baitul Musthofa membaca Al Quran dengan menggunakan penerangan lampu sentir dan juga lilin di Kedung Tungkul Mojosongso, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Selasa 4 Mei 2021. Kegiatan rutin tahunan yang biasanya dilaksanakan ditanah lapang yang terletak didepan pondok tersebut diselenggarakan sejak tahun 2009, melalui kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat membaca Al Qur'an di kalangan para santri dan masyarakat sekaligus dapat mencintai alam yang merupakan ciptaan Allah SWT. TEMPO/Bram Selo
Iklan

Sebutan Gus biasanya disematkan kepada putra kiai atau kepada santri yang memiliki ilmu agama Islam mendalam, dan identik dengan Nahdlatul Ulama (NU). Namun ternyata, jauh sebelum pesantren berkembang di Indonesia, sebutan ini telah ada pada masyarakat Jawa untuk memanggil anak laki-laki mereka. 

Panggilan Gus awalnya munculnya dari kalangan keraton yang diperuntukkan sebagai nama panggilan anak-anak keluarga raja, yaitu Raden Bagus yang disingkat Den Bagus. Kata Bagus sendiri, yang merupakan akar julukan Gus, dalam Bahasa Jawa, menurut Poerwadarminta dalam bukunya Baoesastra tahun 1939, sebagaimana dikutip Tempo dari laman sastra.org, Bagus diartikan sebagai sesebutane bocah (wong) lanang sing rada duwur pangkate atau sebutan bagi anak (orang) lelaki yang memiliki kedudukan tinggi.

Millatuz Zakiyah, dalam jurnal Antropologi Volume 3 Januari 2018, Makna Sapaan di Pesantren: Kajian Linguistik-Antropologis menyatakan seiring berjalannya waktu, sebutan Den Bagus kemudian digunakan juga oleh golongan priyayi Jawa di luar keraton untuk memanggil anak mereka dengan menghilangkan kata Raden atau Den, sehingga tinggal Bagus atau Gus saja.

Ketika pesantren mulai tumbuh di tanah Jawa, nama Gus kemudian digunakan untuk menyebut putra pemimpin pesantren. Panggilan Gus ini kemudian perlahan menjadi semacam gelar bagi anak-anak kiai terutama di kultur NU.

Lambat laun, penggunaan Gus untuk menyebut putra kiai dikaitkan dengan simbol ketokohan seseorang dari sisi agama, yang khusus di kalangan NU. Masyarakat NU akan memanggil mereka yang memiliki kedalaman ilmu agama, dengan sebutan Gus kendati mereka bukan keturunan kiai.

Sebutan Gus menjadi kasus unik dalam kajian sosiologi lantaran masuk ke dalam kategori ascribed status dan achieved status.

Ascribed status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat yang diperoleh dengan sendirinya yang disebabkan faktor keturunan, contohnya adalah gelar Gus secara langsung disematkan kepada putra seorang kiai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Putra kiai biasanya diperlukan secara khusus karena diharapkan menjadi penerus kiai, maka ia diperlakukan khusus, salah satu perlakuan khusus adalah dengan memberi gelar sapaan khusus, yaitu Gus. Meskipun begitu, tidak berarti Gus akan otomatis akan jadi kiai.

Sedangkan achieved status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat yang diperoleh dengan cara disengaja, artinya memperoleh status ini diperlukan perjuangan dan pengorbanan. Di dalam kalangan santri maupun masyarakat, seseorang harus memiliki ilmu agama Islam yang dalam untuk mendapatkan gelar Gus.

Sebutan Gus, dengan demikian memiliki dimensi sosial yang kental yang disematkan tidak semata-mata hanya karena alasan seorang anak kiai, akan tetapi juga adanya pengakuan kompetensi untuk meneruskan perjuangan sang ayah dalam mendidik agama kepada masyarakat.

Baca: Gelar Gus Ada Beberapa Macam, Ini Perbedaannya

HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengamat Ungkap Syarat Calon Lain Bisa Imbangi Khofifah di Pilkada Jatim 2024, Apa Saja?

2 hari lalu

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa. Dok Muslimat NU
Pengamat Ungkap Syarat Calon Lain Bisa Imbangi Khofifah di Pilkada Jatim 2024, Apa Saja?

Khofifah dinilai menjadi calon terkuat pada Pilkada Jatim 2024.


Prabowo Tiba di Kantor PBNU, Karpet Merah Digelar

3 hari lalu

Prabowo Subianto, tiba di kegiatan halalbihalal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Ahad 28 April 2024. Foto: TEMPO/Hendrik
Prabowo Tiba di Kantor PBNU, Karpet Merah Digelar

Prabowo disambut oleh Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.


Menteri hingga Panglima TNI Dijadwalkan Hadir di Halalbihalal PBNU

3 hari lalu

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya Cholil Staquf (tengah) dalam jumpa pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat pada Sabtu, 9 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Menteri hingga Panglima TNI Dijadwalkan Hadir di Halalbihalal PBNU

Halalbihalal PBNU juga akan dihadiri duta besar negara sahabat.


Prabowo-Gibran Dijadwalkan Hadiri Halalbihalal PBNU Hari ini

3 hari lalu

Prabowo-Gibran Dijadwalkan Hadiri Halalbihalal PBNU Hari ini

Prabowo dijadwalkan menyampaikan pidato di acara tersebut.


Kiai Abal-Abal Pemerkosa Santri di Semarang Divonis 15 Tahun Bui, Mantan Jamaah Harap Laporan Penggelapan Uang Segera Diusut

13 hari lalu

Muh Anwar alias Bayu Aji Anwari. Facebook
Kiai Abal-Abal Pemerkosa Santri di Semarang Divonis 15 Tahun Bui, Mantan Jamaah Harap Laporan Penggelapan Uang Segera Diusut

Muh Anwar, kiai abal-abal Yayasan Islam Nuril Anwar serta Pesantren Hidayatul Hikmah Almurtadho divonis penjara 15 tahun kasus pemerkosaan santri.


PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

13 hari lalu

Musyawarah Nasional ke-6 Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII), menyepakati Akhmad Muqowam sebagai Ketua Umum dan Hanif Dhakiri sebagai Sekretaris Jenderal IKA PMII periode 2018-2023. | Istimewa
PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Ini alasan berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII pada 1960.


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

14 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.


'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

19 hari lalu

Opor ayam merupakan salah satu makanan wajib yang harus ada di perayaan Idul Fitri. Berikut resep opor ayam mudah dan enak yang bisa dibuat di rumah. Foto: Canva
'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.


17 Kiai NU di Lumajang Kirim Surat Protes ke PBNU, Ogah Dipolitisasi untuk Pilkada

21 hari lalu

Konferensi pers Pengurus Besar Nahdatul Ulma di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, pada Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty.
17 Kiai NU di Lumajang Kirim Surat Protes ke PBNU, Ogah Dipolitisasi untuk Pilkada

TEMPO CO, Lumajang - Bertarikh 6 April 2024, surat itu ditujukan kepada Ketua PBNU. Isinya, daftar nama dan tanda tangan 17 kiai Lumajang yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kiai Lumajang. Mereka menyatakan sikapnya karena terusik dan keberatan bila PCNU Kabupaten Lumajang dijadikan alat politik praktis untuk kepentingan pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Lumajang 2024.


Hilal Sudah Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1445 H Rabu 10 April 2024

22 hari lalu

Umat Islam melaksanakan salat Tarawih di Masjid Machfudz Jalan Mulyorejo Tengah, Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 10 Maret 2024. Warga Muhammadiyah di kawasan tersebut menggelar salat Tarawih pertama pada Minggu malam. ANTARA/Didik Suhartono
Hilal Sudah Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1445 H Rabu 10 April 2024

Keputusan berdasar pada Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang jadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.