TEMPO.CO, Jakarta -Pasca diumumkannya kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Pertamax, hingga Solar oleh Presiden Joko Widodo beragam reaksi bermunculan. Adapun beberapa respons terkait kenaikan harga ini dari masyarakat, pengusaha, hingga pengamat.
Sebelumnya, telah diputuskan bahwa Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Kemudian Solar subsidi dari Rp5.150 per liter mejadi Rp6.800 per liter, Pertamax dari Rp12.500 per liter jadi Rp14.500 per liter.
Lantas, apa saja respons yang muncul pasca pengumuman tersebut. Berikut telah dikumpulkan tujuh fakta menarik yang dirujuk dari laporan Tempo.
- Warteg Ancam Naikan Harga
Dampak dari kenaikan BBM dirasakan langsung oleh Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (HipWin). Menurut Ketua Umum HipWin Rojikin, pemerintah tidak memedulikan rakyatnya sendiri dengan menaikan harga yang terbilang tidak sedikit.
"Tentu kami pedagang warteg sangat terpukul dengan kenaikan Pertalite dan Solar yang sudah resmi diumumkan pemerintah. Harga BBM dinaikkan di saat perekonomian belum sepenuhnya bangkit akibat pandemi," ujar Rojikin saat dihubungi Tempo.
Roijikin juga menyatakan bahwa sebanyak 20 ribu pedagang masih berusaha keluar dari dampak pandemi, atau masih dalam tahap pemulihan. Pasalnya, kenaikan BBM akan berefek domino pada biaya distribusi dan harga harga.
- Nelayan Sulit Berlayar
Tidak hanya para pedagang, tetapi juga kenaikan harga berdampak pada aktivitas nelayan di sejumlah daerah. Bahkan di antara para nelayan ada yang terancam tak melaut kembali.
“Kalau (BBM) bersubsidi habis dan harus beli dengan harga industri, kebanyakan nelayan tidak bisa pergi melaut,” kata Ketua Harian DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan, kepada Tempo pada Kamis, 1 September 2022.
Disebutkan dalam catatan Tempo, bahwa hal ini disebabkan karena mereka kesulitan mendapatkan subsidi Solar dan Pertalite lantaran jatah kuota yang berkurang. Selain itu, dikabarkan kalau kuota BBM bersubsidi tersebut akan habis pada Oktober mendatang.
- HMI Ancam Demonstrasi
Pada 2 September lalu, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam atau PB HMI mengancam akan menyelenggarakan demo di beberapa daerah. Ditambah Ketua bidang Keamanan dan Pertahanan PB HMI, Arven Marta mengatakan bahwa mereka tegas menolak wacana kenaikan tersebut.
"Pada Senin 29 Agustus 2022 kami sudah lebih dulu aksi. Kami saat ini masih dalam tahap konsolidasi ulang karena BBM sudah gak jadi naik," kata Arven saat dihubungi, Jumat, 2 September 2022.
- Rencana Baru Pengusaha Bus
Kenaikan harga BBM juga disambut oleh pengusaha bus. Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono menjelaskan kenaikan ini akan berdampak pada mulainya kepadatan penumpang angkutan darat, seperti bus antar-kota antar-provinsi (AKAP) hingga angkutan dalam provinsi (AKDP).
“Kalau penumpang menurun dan tarif transportasi naik karena BBM naik, kan kita bisa memberikan promo menarik kepada masyarakat dengan cara apapun, kalau untuk yang non ekonomi,” ujar Ateng saat dihubungi pada Minggu, 4 September 2022.
Lalu karena tarif angkutan menyesuaikan harga yang diatur pemerintah dengan menggunakan skema tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB). Namun, ia berharap dampaknya tidak seburuk saat pandemi Covid-19.
- Polisi Amankan SPBU
Sebagai aparatur penegak hukum, tentu jajaran Polisi juga mempersiapkan dalam penjagaan kenaikan harga BBM di lapangan. Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan, anggotanya akan memantau terus SPBU jelang kenaikan dengan tujuan mengantisipasi kemungkinan terjadinya penimbunan.
"Kita sudah menempatkan personel untuk memantau dan di situ tidak ada lagi penimbunan dan sebagainya, kita memastikan semua aman,” katanya saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jumat, 2 September 2022.
- Disorot Media Asing
Kontroversi kenaikan BBM ini tak luput diliput oleh berbagai media asing, yang salah satunya adalah Reuters dalam artikel berjudul Indonesia hikes fuel prices to rein in ballooning subsidies. Pada situs tersebut menjelaskan bahwa masalah kenaikan ini sangat sensitif bagi politik di Indonesia.
Selain itu, kenaikan pun akan berimplikasi pada sebagian besar rumah tangga dan usaha kecil. Sebab, BBM bersubsidi menyumbang lebih dari 80 persen dari penjualan perusahaan minyak milik negara Pertamina. Atau menahan inflasi sekitar 4,69% pada bulan Agustus.
- Pengamat Ikut Berpendapat
Adapun pengamat yang melihat dampak pasca kenaikan harga. Layaknya yang dikatakan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov, potensi yang akan terasa ialah inflasi pangan. Hal ini disebabkan karena akan terjadinya peningkatan biaya transportasi, khususnya untuk logistik kebutuhan pokok.
“Padahal inflasi pangan kemarin sudah 7,7 persen year on year,” kata Abra kepada Tempo, Minggu, 4 September 2022. Lalu ditambahkannya, “Sudah barang tentu level atau angka inflasinya akan di atas 8 hingga 8,5 persen pada bulan September ini,” ujarnya.
Dengan demikian, ia mengamati bahwa dengan kenaikan harga BBM ini menimbulkan gelombang pertama inflasi. Bahkan juga akan memicu gelombang kedua, ketiga, dan seterusnya. Terakhir menurutnya pemerintah dirasa tidak mampu melakukan stabilisasi harga.
FATHUR RACHMAN
Baca juga : Harga BBM Naik di Tengah Harga Minyak Dunia Turun, Sri Mulyani Bilang Begini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.