TEMPO.CO, Jakarta - Pintu Air 10 Cisadane dikabarkan jebol yang berdampak pada menyusutnya bahan baku air bersih dari debit air Bendungan Cisadane.
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Direktur Utama Perumdam TKR Kabupaten Tangerang Sofyan Sapar. Menurutnya, dengan jebolnya pintu air tersebut dapat mengganggu distribusi air Perumdam Tirta Kerja Rahaya (TKR), Kabupaten Tangerang.
“Air baku di Cisadane menyusut karena jebol. Hal ini akan mengganggu beberapa pelayanan air, seperti di daerah Mauk, Rajeg, dan sekitarnya,” ujarnya pada Tempo 23 Juli 2023 lalu.
Dia menjelaskan terdapat 6 ribu pelanggang di cabang Mauk dan Rajeg serta 25 ribu pelanggan di cabang Gading Serpong yang akan kesulian air besih karena jebolnya Pintu Air 10 Cisadane yang mengakibatkany menyusutnya debit air sungai.
Dikutip dari situs abouttng, Pintu Air 10 Cisadane adalah bangunan cagar budaya yang didirikan pada 1927 dan dioperasikan 1930 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pintu air ini memiliki 10 pintu yang memiliki fungsi untuk mengalirkan air sungai Cisadane untuk pengairan sawah, industri, bahkan pengendali banjir.
Perbaikan jebolnya Pintu Air 10 Cisadane sendiri telah dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Ketua BBWSCC Bambang Heri Mulyono telah mengatakan bahwa timnya sudah dikerahkan untuk melihat dan memperbaiki Pintu Air 10 Cisadane yang dianggap jebol.
“Kerusakan parah terjadi di pintu air nomo 6,” ujar Bambang pada Senin 24 Juli 2023. Hampir serupa seperti yang dikatakan Sofyan, Pintu Air 10 ini akan berdampak pada debit Sungai Cisadane yang kemudian memengaruhi distribusi air di sekitar Perumdam TKR. Setidaknya sebanyak 56 ribu pelanggan diperkirakan akan terancam krisis air bersih.
Selain itu, jebolnya Pintu Air 10 juga berdampak pada mengeringnya Sungai Cisadane. Bambang lebih lanjut mengatakan bahwa setidaknya permukaan air sungai Cisadane menurun cukup besar, yakni di bawah 50 persen.
22 Pintu Air di Jakarta
Sementara itu Pemerintah Provinsi Jakarta sendiri, sebagaimana dilansir dari situs Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta dan Poskobanjirdsda Jakarta, setidaknya memiliiki 22 pintu air.
Di antaranya, PS. Angke Hulu yang menampung Sungai Angke. P.A. Karet yang menampung Banjir Kanal Barat. PA Cengkareng yang menampung Sungai Cengkareng. Pompa Cideng yang menampung Cideng Siantar.
Lalu ada Pintu Air Bendung Cibalok – Gadog, Bendung Katulampa, Pos Depok, Manggarai BKB, PA Istiqlal, Jembatan Merah, Flusing Ancol yang menampung Sungai Ciliwung.
Lalu ada PA Cipinang Hulu yang menampung Cipinang Hulu, Pintu Air Hek yang menampung Kali Baru Timur. Pompa Kali Duri yang menampung Kali Duri, PA Krukut Hulu yang menampung Kali Krukut, PA Marina Ancol dan Pompa Pasar Ikan yang memantau sungai-sungai Laut.
Lalu ada PA Pesangrahan yang memantau Sungai Pesanggrahan. Lalu ada PA Sunter Hulu dan PA Pulo Gadung yang memantau Sunter serta Pompa Yos Sudarso 1 yang memantau Sunter Timur. Terakhir ada Pompa Pluit yang memantau ketinggian Waduk Pluit.
Informasi mengenai ketinggian air dari pos-pos dan pintu air tersebut dapat diakses melalui poskobanjirdsda.jakarta.go.id atau bpbd.jakarta.go.id/waterlevel. Pemantauan ini penting karena dapat memberikan informasi dan penanggulangan awal terkait banjir yang akan datang dengan melihat dari tinggi debit air di setiap Pintu Air.
Pilihan Editor: Pintu Air 10 Cisadane Jebol, Suplai Air Bersih ke 31 Ribu Pelanggan Perumdam TKR Terancam
