Banjir setinggi 4-7 meter yang pernah menghantam di sana menyebabkan warga setempat sulit beraktivitas. Listrik pun sampai padam selama dua hari hingga seminggu. Siti mengaku pernah menyewa kontrakan berbulan-bulan saat musim hujan.
Karena itulah, dia menilai, normalisasi Ciliwung justru menguntungkan warga RT 03. Menurut Siti, bangunan di sebelah huniannya sudah digusur sejak Agustus 2022.
“Toh selama ini kami selalu ngerasain banjir, banjir dan banjir. Kalau udah masuk musim penghujan, yang namanya banjir itu bisa kami pagi bersihin lumpur, sore masuk lagi, dari hari ke hari, tahun ke tahun seperti itu. Makanya dengan adanya normalisasi tuh kami untung,” tutur dia.
Siti menambahkan, dirinya lebih menyukai program normalisasi ketimbang naturalisasi yang digagas Anies Baswedan. Pilihannya yang mendukung normalisasi pun kian mantap setelah berkonsultasi dengan banyak pihak. Normalisasi, lanjut dia, menguntungkan asal warga tidak diminta untuk pindah ke rumah susun alias rusun.
“Mau apapun kebijakan pemerintah, saya bersyukur karena dapat ganti untung,” lanjutnya.
Kemudian Ketua RT 09/RW 06 Kelurahan Cililitan, Janeh, menerangkan pembebasan lahan sebagian rumah warga rampung pada 2018. Dia mengaku tetap mengusahakan pembebasan lahan lantaran warganya masih kerap terdampak banjir akibat luapan Kali Ciliwung.
“2018 terbayar, 2020 terbayar, alhamdulillah walaupun naturalisasi, pembebasan lahan tetap berjalan,” katanya saat ditemui Tempo pada Selasa, 8 Agustus 2023.
Selanjutnya tentang rencana normalisasi Ciliwung hingga 2024