TEMPO.CO, Jakarta - Penggiat lingkungan di Tangerang Selatan menyayangkan lemahnya pengawasan dan buruknya pengelolaan sampah yang ada di kota itu. Karenanya dinilai wajar kalau polusi udara selalu tinggi. Situs IQAir kerap menggolongan indeks kualitas udara di Tangerang Selatan sebagai Tidak Sehat yang bahkan lebih buruk daripada Jakarta.
Penilaian ini datang dari Direktur Saba Alam Indonesia Hijau Foundation, Pahrul Roji. Dia mengangkat contoh kasus asap dari limbah ampas cabai di Kademangan, Setu, dan pembuangan-pembakaran sampah di tempat pembuangan ilegal di Pondok Ranji, Ciputat Timur. Di kedua kasus itu, sampahnya berasal dari Jakarta.
Pahrul mengaku geram dengan apa yang ditunjukkan Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada dua kasus itu. "Jangan hanya aturan saja, tapi tindak tegas! Sekalipun itu lahan milik orang, pemerintah punya wewenang untuk menertibkan hal-hal yang mencemari lingkungan," kata Pahrul, Jumat 18 Agustus 2023.
Bukan hanya kualitas udara, menurut dia, pencemaran lingkungan dari berbagai aspek juga bisa menjadi dampak buruknya pengelolaan sampah. Misalnya, air limbah yang akan mencemari tanah. Juga aktivitas pembakaran yang bisa memicu bencana saat musim kemarau yang diperkuat El Nino seperti yang terjadi saat ini.
"Kalau pengelolaan sampah di wilayah ini masih buruk ya wajar saja jika polusi udara meningkat," ujarnya.