TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta pada Senin pagi, 28 Agustus 2023, sekitar pukul 6 WIB, sempat bertahan di kategori tidak sehat hanya untuk kelompok yang sensitif, sebelum bergerak kembali ke kategori tidak sehat per artikel ini dibuat. Nilai indeksnya kembali meninggi setelah semalam sempat menurun karena guyuran hujan.
Menurut situs IQAir, nilai indeks kualitas udara Jakarta hasil pengukuran sekitar pukul 6 tadi sebesar 149 dan berada di peringkat lima kota besar dengan polusi udara terburuk di dunia. Nilai indeksnya kini sudah berada di angka 154 dan naik ke peringkat 4 terburuk di dunia. Bandingkan dengan nilai indeksnya pada Minggu malam yang 119.
Pada pagi ini, konsentrasi polutan PM2,5 yang menjadi parameter utama pengukuran oleh jaringan stasiun atau alat pemantauan milik IQAir menunjuk angka 54,9 mikrogram per meter kubik, lalu naik ke 60,7 mikrogram per meter kubik. Itu, masing-masing, setara 11 dan 12 kali ambang batas menurut WHO.
Lebih detail, stasiun pengamatan yang berlokasi di Jeruk Purut dan Kebon Jeruk termasuk di antara yang menunjukkan udara paling berpolusi. Keduanya tergabung bersama, antara lain, Jalan Jimbaran 2, Layar Permai PIK, Jakarta GBK, Gran Melia Jakarta, Kemang V, Taman Patra, AHP - Capital Place, dan Kemang Dalam IX.
Di Kebon Jeruk, petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI sempat mendatangi lokasi stasiun pemantauan pada Jumat lalu saat menunjukkan kualitas udara sangat tidak sehat. Mereka menduga sebabnya adalah proyek konstruksi di daerah tersebut.
Petugas juga mendatangi lokasi di Jeruk Purut. Dugaan sebab kaulitas udara setempat terukur buruk karena kedekatannya dengan lokasi proyek renovasi rumah.
Pilihan Editor: Pabrik Arang di Lubang Buaya Ditutup Karena Asap Tak Wajar, Pemilik Tantang Heru Budi Datang