TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta pada Selasa pagi ini, 3 Oktober 2023, berbeda dari hari-hari biasanya. Angka indeks yang dikalkulasi dari jaringan 31 stasiun pemantau IQAir yang terpasang di Jakarta menunjukkan kategori kualitas Sedang (warna kuning) untuk parameter PM2,5.
Indeks kualitas udara Sedang berada di kisaran 51-100. Konsentrasi polutan berupa debu halus pada pagi ini tersebut kontras dengan umumnya setiap pagi pada hari-hari sebelumnya, terutama saat musim kemarau ini, yang mencatatkan kategori kualitas udara Tidak Sehat (warna merah, 151-200).
Per artikel ini dibuat, Jakarta terukur memiliki indeks 98 dan berada di urutan 10 kota besar di dunia dengan polusi udara terburuk. Konsentrasi PM2,5 di udaranya sebesar 34,5 mikrogram per meter kubik atau setara hampir 7 kali nilai ambang yang ditetapkan WHO.
Dilihat lebih rinci, hanya dua dari 31 stasiun pemantauan yang menunjuk hasil pengukuran kualitas udara Tidak Sehat. Keduanya adalah yang terpasang di Kebon Jeruk dan Kebayoran Lama. Nilai indeksnya masing-masing 153 dan 152. Selebihnya menunjukkan warna oranye (Tidak Sehat Bagi Kelompok Sensitif) dan Kuning (Sedang).
Tapi, perbedaan tak dicatat oleh data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Di sini tren memburuk terjaga, yakni dari biasanya satu titik stasiun pemantau, belakangan menjadi dua titik yang menunjukkan kualitas udara Tidak Sehat.
Sepanjang pagi ini, hingga pukul 07 WIB, stasiun yang terpasang di Bundaran HI dan Lubang Buaya menunjukkan konsentrasi PM2,5 yang Tidak Sehat itu. Tiga lainnya menunjuk angka ISPU kategori Sedang.
Pilihan Editor: Dugaan Malpraktik Operasi Amandel Berujung Mati Batang Otak, Orang Tua Sebut RS Tak Beri Kejelasan