TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dianggap dapat mengurangi potensi bencana hidrometeorologi, khususnya banjir, di Jabodetabek.
Operasi tebar garam ini dijalankan karena saat ini sudah memasuki musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. "Saat ini kondisi wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten, yang sudah memasuki musim penghujan," kata Analis Bencana BNPB Eka Saputra saat ditemui Tempo di Markas TMC di Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu, 10 Januari 2024.
Eka menjelaskan bahwa dalam sehari bisa ada 2 hingga 4 sortie penerbangan dalam operasi TMC itu, yang dilakukan dari pagi hingga sore. Targetnya, sambung Eka, ialah wilayah utara dan selatan provinsi Jawa Barat-DKI Jakarta-Banten.
Lebih lanjut, Koordinator Lapangan TMC, Hilmi Rafiiq menegaskan bahwa proses penyemaian awan dengan Natrium Klorida (NaCl) atau garam dapur itu difokuskan pada wilayah laut. Dalam sekali penerbangan, Hilmi menyebutkan bahwa timnya membawa 50 karung garam dengan berat total satu ton.
"Jika ada awan yang nantinya akan masuk ke wilayah darat, akan kami buat hujan terlebih dahulu. Jadi, kami cut awan-awan yang akan menambah curah hujan di wilayah dataran," ucap Hilmi.
Hilmi menjelaskan bahwa awan cumulus congestus merupakan target sasaran dari garam yang akan ditaburkan itu. Usai disemai dengan garam, calon awan hujan itu nantinya akan turun menjadi air dan jatuh di laut sebelum mencapai daratan.
Dalam operasi yang berlangsung sejak 3 sampai 10 Januari ini, BNPB bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pemantauan dilakukan secara terpusat di Pangkalan Udara Pondok Cabe.
Pilihan Editor: Alasan Jakarta Masih Banjir Meski Sudah Dilakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca, Ini Kata BRIN