TEMPO.CO, Jakarta - Perekayasa Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jon Arifian mengatakan, bulan Januari 2024 merupakan puncak musim hujan. Hal itu yang menyebabkan wilayah Jabodetabek diguyur hujan beberapa waktu terakhir.
"Secara historis, bulan Januari merupakan puncak musim hujan di wilayah Indonesia bagian barat, khususnya Jabodetabek," kata Jon saat ditemui Tempo di Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu, 10 Januari 2024.
Musim hujan ini dipengaruhi oleh angin muson barat yang bertiup dari barat ke timur. Angin yang kerap membawa awan hujan itu berasal dari Benua Asia yang bergerak menuju Benua Australia.
Fenomena alam global juga ikut andil dalam musim hujan kali ini. "Dari pertengahan tahun lalu hingga saat ini, kita masih dipengaruhi oleh fenomena El Nino," ujarnya.
Jon menjelaskan bahwa fenomena El Nino membuat awal musim hujan menjadi terhambat. "Makanya, kemarin sudah masuk September dan Oktober, wilayah kita masih kering. Dengan demikian, musim kemaraunya sedikit lebih kering daripada biasanya," ucapnya.
Tak hanya itu, Jon juga membandingkan musim hujan tahun ini dengan tahun sebelumnya. "Tahun-tahun sebelumnya Januari selalu hujan, bahkan sampai banjir," tuturnya.
Demi mengatasi curah hujan yang tinggi itu, BRIN bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada 3 sampai 10 Januari.
Dalam operasi TMC untuk mencegah banjir di puncak musim hujan ini, garam seberat satu ton ditaburkan di langit untuk menyemai awan cumulus congestus yang berpotensi membawa hujan. Titik operasi yang disasar adalah kawasan laut sebelah barat Pulau Jawa sehingga air hujan akan jatuh sebelum mencapai daratan.
Pilihan Editor: Begini Putusan Bawaslu Jakpus atas Aksi Gibran Bagi-bagi Susu di CFD