TEMPO.CO, Jakarta - Enam orang yang mengatasnamakan anggota Pimpinan Pusat Pertahanan Ideologi Sarekat Islam alias PP Perisai mendatangi Markas Besar atau Mabes Polri pada Jumat sore, 8 Maret 2024. Mereka berorasi sekaligus menuntut Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengevaluasi Dirintelkam Polda Metro Jaya karena memberi izin kegiatan Metamorfoshow—gerakan yang dituding bagian dari Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI di TMII.
“Intelijen kita kecolongan. Ajaran yang merusak Indonesia dibiarkan, abang kepolisian ini akan mengalami situasi yang tidak inginkan,” pekik orator dalam aksi di depan Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan.
Diketahui, acara Metamorfoshow pernah ramai di media sosial beberapa pekan lalu. Acara yang diduga digagas oleh HTI ini telah terlaksana di Taman Mini Indonesia Indah atau TMII, Jakarta Timur, pada Sabtu, 17 Februari 2024 lalu.
Satu orang berbaju polo coklat berbintik mendatangi enam orang yang akan unjuk rasa itu. Tujuh polisi berseragam coklat menguntit di belakang pria yang menggunakan sandal jepit itu.
Pria ini mendatangi seorang massa aksi berbaju hitam dengan tas selempang dada. Mereka berjabat tangan dan tak lama aksi yang hanya 15 menit itu dimulai. Massa aksi itu hanya membawa satu spanduk dengan terpacak tulisan pilox merah, “Copot Kabagintelkam Dirintelkam Polda Metro Jaya dan Kasat Intel Polres Jaktim.”
Dari enam orang yang mengikuti aksi, hanya dua yang berorasi. Saat aksi berlangsung, beberapa orang mengendarai motor datang. Mereka tidak mengikuti aksi, tapi hanya duduk dan tampak memantau aksi tersebut.
Seorang polisi berbaret biru mendatangi salah satu orang dan menjabat tangan sekaligus bertanya asal kedatangan. Pria yang ditanya kemudian mendekatkan mulut ke kuping polisi itu seolah membisikan sesuatu.
“Kirain dari mana,” kata polisi baret biru ini dan meninggalkannya.
Dalam siaran persnya, mereka menilai gerakan diduga HTI di TMII berkedok Isra Mikraj itu merupakan bentuk dari kelemahan deteksi dini Intelkam Polri. Mereka mengaku prihatin pada kinerja lembaga intelijen itu.
“Seharusnya Baintelkam memberikan informasi kepada pimpinan Polri, acara di TMII menjadi tamparan keras atas kerja keras unsur pemerintah dan aparat melarang organisasi yang berpotensi memecah belah Indonesia,” kata mereka.
Tak hanya itu, mereka menilai Polri sebagai institusi negara dengan anggaran belanja yang cukup besar masih sering kecolongan, terutama soal perizinan kegiatan Metaforfoshow. “Polri malah selalu sibuk klarifikasi, setelah kejadian baru sibuk mencari alasan,” kata mereka.
Oleh karena itu, mereka meminta Kapolri Listyo Sigit bertanggung jawab dan mengevaluasi seluruh jajaran inteligen yang dinilai lemah. “Anggaran besar kenapa kecolongan,” kata mereka.
Selesai unjuk rasa sekitar pukul 16.55, massa aksi saling berjabat tangan dengan polisi dan beberapa pria yang duduk tanpa mengikuti demonstrasi itu. Aksi bubar bersamaan dengan gerimis yang turun di kawasan Mabes Polri itu.
Pilihan Editor: Diduga Acara Eks HTI, Polisi Periksa Penyelenggara dan Manajemen TMII