TEMPO.CO, Jakarta - Korban perdagangan manusia modus ferienjob di Jerman mengharapkan pemerintah menaruh perhatian serius. Kasus ini, dengan korban mahasiswa 1.047 orang dari 33 kampus di Indonesia. Ini merupakan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO dengan modus memanfaatkan program pendidikan dengan metode magang kerja di Jerman.
“Bagi saya, TPPO ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Karena tren pengiriman yang semakin beragam,” kata Renda, korban ferienjob dari Universitas Jambi, melalui aplikasi perpesanan, Selasa malam, 26 Maret 2024.
Baca Juga:
Renda—nama samaran—satu dari 87 mahasiswa Universitas Jambi terlibat mengikuti program ini. Mereka dipkerjakan di berbagai tempat di Jerman. Renda bekerja di perusahaan logistik bernama ID Logistic di Kota Kaiserslautern. Bahkan dua kali, secara sepihak, perusahaan soponsor di Jerman—Brisk United GmbH—memecat dia bersama sejumlah mahasiswa ferienjob lain. Kasus PHK pertama terjadi pada 2 Desember 2023.
Awal Desember itu dia menerima pemberitahuan pemutusan kontrak kerja oleh Brisk. PHK ini bersamaan dengan 15 mahasiswa lain di ID Logistic. Renda harus dipindahkan ke apartemen lain. Dia diancam kalau tak segera keluar dari apartemen tempatnya tinggal di Apartemen Mozartstraße 2 di Kota Kaiserslautern, maka Brisk tak membayar biaya akomodasinya.
Bahkan empat hari setelah menerima pemberitahuan pemecatan, 6 Desember 2023, kata Renda, Brisk memaksa dirinya menandatangani surat pemutusan kontrak awal. Kontrak kerja yang berlaku selama 4 Oktober-30 Desember 2023. Brisk pun memaksa dia supaya kembali ke Indonesia. Desakan itu disampaikan melalui sambungan telepon WhatsApp bersama peserta ferienjob lainnya.
“Brisk mengatakan kami harus pulang dan memaksa menjadwalkan ulang tiket pesawat. Atau jika masih bertahan saya harus membayar akomodasi sendiri setelah tanggal 10 Desember 2023,” tutur Renda.
Brisk, kata dia, mengatakan akan bertanggung jawab atas biaya perubahan jadwal tiket pesawat. Perusahaan itu memberi waktu maksimal 30 menit untuk mengubah jadwal keberangkatan di tiket setelah telepon berakhir. Namun Renda dan mahasiswa menolak. Akhirnya, dia berujar, Brisk merevisi pengubahan itu hingga satu hari.
Namun Brisk kembali menghubunginya pada 11 Desember 2023. Menawarkan tawaran kerja di bidang pertanian di Kota Lohnbetrieb Stührenberg. Namun pekerjaan itu tanpa dibiayai akomodasi maupun transportasi. Belakangan tawaran pekerjaan itu, kata dia, tak jelas. Hingga akhirnya ia dipekerjakan di perusahaan sortir buah di Nordgemüse Krogmann GmbH & Co. Kg, Hanover. Sementara ia kembali dipindahkan ke Apartement 5 Jathostraße. Dua hari bekerja, 20 Desember 2023, ia dipecat Brisk.
Renda mengatakan, modus TPPO mulai berubah. Jika dulu korbannya orang dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah, kini merambah ke kaum terdidik. Salah satunya di program ferienjob yang melibatkan ribuan mahasiswa dari puluhan universitas. "Artinya para pelaku semakin adaptif terhadap situasi dan pandai membaca celah suatu program dengan memberikan modus-modus baru,” tutur Renda.
Dia menjelaskan, dalam kasus ferienjob, para pelaku memanfaatkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan dalih program magang. Program yang selaras dengan merdeka belajar di luar program studi. Selanjutnya, TPPO pada kasus ferienjob memperlihatkan sistem pendidikan masih bermasalah.
Menurut Renda, sistem pendidikan diciptakan seperti menghasilkan buruh dengan fokus untuk mengembangkan tenaga kerja. Sebab itu, berkaca dari kasus ini, Renda berharap, "Pemerintah dan institusi pendidikan harus aktif memberikan penyuluhan, pengawasan, dan menyaring program-program yang terindikasi atau rentan mengalami TPPO," ucap dia.
Pilihan Editor: Profil Sihol Situngkir, Guru Besar yang Diduga Terlibat TPPO Berkedok Pengiriman Magang Mahasiswa ke Jerman