Menurut sumber di kepolisian, bom tersebut baru diaktifkan di kamar 1808. Satu bom meledak, sedangkan bom yang lainnya bisa diamankan polisi.
"Kalau saat masuk sudah jadi 100 persen, ya, bisa meledak," kata sumber itu. "Ibarat televisi," ia melanjutkan, "tinggal dipasangi antena, kemudian dicari gelombangnya." Bom pun siap digunakan.
Sumber ini membantah pendapat bahwa perakitan bom dilakukan di kamar dan menggunakan komponen televisi yang ada di kamar tersebut. Selain risikonya sangat tinggi, menurut dia, tak ada sampah sisa-sisa perakitan di kamar 1808. "Televisi itu memang dipindahkan ke kasur, tapi tidak ada komponen yang digunakan atau hilang," katanya.
Saat ditanya bagaimana bom itu dapat masuk ke JW Marriott, dia menolak memberi tahu. "Jangan dulu, nanti bisa membongkar penyelidikan," kata dia. "Yang lagi dicari polisi adalah bagaimana bom itu masuk."
Masih menurut sumber Tempo, bom tersebut dirakit di luar hotel sekitar satu bulan sebelumnya. Sedangkan untuk merancangnya diperlukan waktu sekitar tiga bulan. Perakit harus ekstrahati-hati dalam menyusun bahan peledak, gotri atau mur, dan pemicu. "Salah sedikit, bom itu bisa meledak," katanya.
Sumber lain di kepolisian menyebutkan, bom aktif yang ditemukan polisi di kamar 1808 pascaledakan di JW Lounge diduga akan digunakan oleh pelaku sebagai pembuka rentetan ledakan. Dalam hal ini, petugas penyisir bom menemukan pengendali jarak jauh yang mestinya mengirim sinyal pemicu ledakan.
"Bom di kamar 1808 gagal meledak diduga karena sinyal pengendali jarak jauh sudah di luar jangkauan," kata sumber itu, "Meski gagal, pelaku kemudian melanjutkan rencananya ke bawah (JW Lounge)."
Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, dan wakilnya, Brigadir Jenderal Sulistyo Ishak, belum bisa dimintai konfirmasi. Telepon dan pesan pendek yang dikirimkan tak mendapat jawaban.
JOBPIE | CORNILA DESYANA | IBNU RUSYDI | TITO SIANIPAR | DWI WIYANA