TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga Pulau Rempang, Kota Batam yang terus menolak relokasi kembali dibuat tidak nyaman oleh beberapa orang tidak dikenal. Ditengah perjuangan mereka menolak relokasi atas nama Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City intimidasi kembali dirasakan warga.
Tepat hari ini, Sabtu, 31 Agustus 2024 warga Rempang menemukan sepanduk berukuran besar bertulisan "Tolak PSN Rempang Eco City" dibakar orang tidak dikenal. Tidak hanya itu berjarak sekitar 20 meter dari spanduk, warga juga menemukan ada upaya pembakaran gardu PLN yang menerangi rumah warga di kampung.
Warga juga membagikan video penemuan terbakarnya spanduk atau banner dan gardu tersebut di media sosial. Salah seorang warga Asmaniah mengatakan, pembakaran ini diduga sengaja dilakukan oleh oknum yang tidak bertangung jawab. "Banner kami dibakar, sama gardu listrik mau diledakan, ini bukti kami mendapat intimidasi dan teror dari oknum tidak bertanggung jawab," kata Asmaniah dalam video tersebut.
Ia menegaskan, akan tetap bertahan di kampung halaman mereka dan tidak takut dengan intimidasi yang terjadi. "Tetapi ingat, kami akan tetap melawan tidak akan pernah takut, kalau kami dapat (pelaku), habis kalian," kata perempuan satu ini.
Begitu juga yang dikadakan Wadi salah seoranng warga lainnya. Ia megatakan, diduga gardu yang berada di Simpang Sembulang Hulu, Pulau Rempang ini dibakar tadi malam oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Ini lah kami dari semua kampung hadir menyaksikan gardu listrik yang dibakar, baleho juga dibakar pihak tidak bertanggung jawab, ini situasi tidak menyenangkan bagi kami warga Sembulang," kata Wadi.
Polsek Tidak Dapatkan Bukti Cukup
Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Galang IPTU Alex Yasral membenarkan kejadian pembakaran banner atau spanduk penolakan relokasi dan gardu listrik PLN. Namun hasil pemeriksaan di lapangan ditemukan minim bukti yang menuju kepada pelaku.
"Tim kita sudah cek kelapangan, dari TKP kita tidak menemukan, barang bukti petunjuklah, jadi untuk spanduk memang terbakar, tiang listrik atau gardu juga dibakar, kalau dilihat api pembakaran gardu berasal dari rumput dibawah gardu dan menjalar ke gardu," kata Alex kepada Tempo, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Kata Alex untungnya pembakaran itu tidak membuat gardu meledak. "Listrik warga tidak ada masalah, gardu tidak terbakar, hampir terbakar," katanya.
Terkait intimidasi yang didapatkan warga kata Alex, pihaknya belum bisa menyimpulkan hal serupa. "Pada dasarnya dari warga, merasakan itu intimidasi kita belum bisa menyimpulkan, saya di TKP jam 01.00 WIB hingga 01.30 wib, kemungkinan kejadian jam 02.00 WIB ke bawah, itu untuk sementara yang bisa kita sampaikan," katanya.
Alex akan menelusuri pelaku dalam kejadian tersebut. "Ya (kita telusuri), cuman sekarang minim petunjuk dan saksi, barang bukti di TKP juga sangat minim," katanya.
Kata Alex, indikasi awal memang spanduk atau banner tersebut memang dibakar, karena posisi spanduk dipasang di tanah (tebing), tidak ada benda disekitar yang bisa memercikan api. "Indikasi awal memang dibakar," ujarnya.
Sampai saat ini konflik PSN Rempang Eco City terus bergulir. Warga yang menolak kampung halaman mereka dijual untuk PSN, terus melantangkan penolakan. Sedangkan warga yang menerima sudah masuk dalam tahap proses pemindahan dalam waktu dekat ke rumah relokasi.
Setidaknya update terbaru data BP Batam sudah hampir 190 kepala keluarga yang sudah meninggalkan kampung mereka untuk diserahkan ke BP Batam. Sedangkan total warga terdampak tahap pertama sekitar 850 kepala keluarga, artinya mayoritas masih tidak mau direlokasi. BP Batam terus melakukan upaya untuk meminta warga mau menerima relokasi.
Selain itu terkait data warga yang sudah pindah juga permolemik, tidak hanya warga tetapi juga Ombudsman RI meminta data warga yang pindah dibuka. Pasalnya, diduga ada beberapa kepala keluarga yang dipindahkan bukan warga asli Pulau Rempang. Namun, BP Batam sampai saat ini belum berani membuka data tersebut dengan alasan masih terjadi pro dan kontrak di tengah masyarakat.
Pilihan Editor: YLBHI Nilai Perjuangan Warga Rempang Simbol Perlawanan Melawan Eksploitasi Kapitalisme