TEMPO Interaktif, Jakarta - Pakar Komunikasi Universitas Indonesia Ade Armando menyesalkan penggambaran kekerasan di depan publik yang luas. Menurut Ade, penggambaran kekerasan fisik yang sangat vulgar saat perlawanan massa Priok terhadap aparat yang akan menggusur kompleks makam Mbah Priok tidak membantu penyelesaian masalah.
"Meski media punya gambar kekerasan yang brutal, seharusnya tidak dihadirkan ke publik. Cukup gambar dari jauh. Itu tidak etis," ujarnya saat dihubungi Tempo, Kamis (15/4).
Meski demikian, Ade menilai media massa bukanlah pemicu utama perlawanan massa Priok terhadap aparat yang akan menggusur kompleks makam Mbah Priok, tetapi suasana yang sangat panas dan penanganan aparat yang tidak bereslah pemicu utamanya.
Kondisi yang panas, kata Ade, sudah terlihat berhari-hari sebelumnya. "Itu suasana perang. Kalangan masyarakat bawah yang nothing to lose dan ada faktor agama di situ," ujarnya.
Kondisi itulah yang sangat disayangkan Ade. "Ini hal yang tidak terpikirkan aparat. Harusnya ada perubahan kebijakan, tidak dengan pendekatan kekerasan seperti itu," ujarnya.
Terkait media, Ade mengakui memang ada masalah dengan siaran televisi dan media online karena mereka bicara dengan waktu. "Karena harus updating, sering kali media berkejaran dengan waktu."
"Barangkali media ada salahnya. Media perlu menahan diri, lebih hati-hati. Itu pangkal persoalan di media," ujarnya.
ERWIN Z