Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Panti Sosial Kedoya Akhirnya Bebaskan Erum

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Setelah lebih dari satu pekan menjadi penghuni Panti Sosial Kedoya, akhirnya Erum, 68 tahun, bisa menghirup udara bebas, Kamis (2/9). "Saya bersyukur bisa bebas, di dalam saya takut," ujar nenek 11 cucu itu saat keluar dari gedung Balai Sosial Kedoya bergandengan suami dan menantunya, Endis (72 tahun) dan Rizal (35 tahun).

Selama menjadi penghuni panti, Erum mengaku tingal satu ruangan dengan sekitar 20 orang yang ikut terjaring razia gelandangan dan pengemis. "Kalau makan diberi sehari 3 kali, tapi saya khawatir tidak kunjung dibebaskan, apalagi ada penghuni lain yang tingkahnya seperti orang stress," ujarnya.

Karena tertekan, Erum mengaku sempat sakit kepala dan perut. "Saya sempat sakit kepala dan perut nyeri selama dua hari, bingung kapan saya akan dibebaskan karena saya merasa tidak pernah berbuat salah dan saya juga bukan pengemis," lanjutnya.

Pihak panti mengaku bersedia membebaskan Erum hari ini karena sudah terbukti bahwa Erum bukan pengemis. "Sudah ada bukti, KTP, kartu keluarga, pengantar RT/RW bahwa Erum bukan pengemis, juga ada surat pernyataan dari majikannya yang menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah pembantu rumah tangga, maka Erum kami kembalikan ke keluarga," ujar Kepala Seksi Perawatan Panti Sosial Kedoya, Syaeful saat di temui Tempo di ruang kerjanya, Kamis (2/9) sore ini.

Erum terpaksa menghuni panti sosial Kedoya karena menjadi korban salah tangkap dalam razia pengemis yang dilakukan oleh petugas gabungan Satpol PP dan Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat di sekitar Tanah Abang, Selasa pekan lalu.

Nenek yang sehari-hari menjadi pembantu rumah tangga di keluarga Ali Palu, warga rumah susun Tanah Abang blok 39 lantai 1 nomor 2, Jakarta Pusat itu ditangkap saat sedang perjalanan pulang membeli lauk untuk berbuka puasa majikannya. Erum mengaku ditangkap di Jalan Sabang, saat sedang menawar ojek untuk kembali ke rumah majikannya. "Saat itu saya memang bawa kantong plastik, berisi makanan, mungkin karena itu saya disangka pengemis," ujarnya.

Erum mengaku telah berusaha menjelaskan bahwa dirinya bukan pengemis. "Saya bilang, tanya ke tukang ojek ini apakah saya pengemis, tapi mereka tidak percaya, saya tetap ditangkap," kenangnya. Akhirnya tanpa sempat memberi kabar keluarga dan majikannya, Erum langsung digeladang dan selanjutnya dititipkan di Panti Sosial Kedoya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena tidak kunjung pulang, pihak keluarga dan majikan menyangka Erum hilang. Bahkan Endis sempat melapor ke Polsek Tanah Abang, Kamis pekan lalu. Baru 4 hari kemudian, pada Sabtu lalu, Endis mendapat kabar bahwa istrinya ternyata ditangkap petugas razia pengemis dan telah menjadi penghuni Panti Sosial Kedoya.

Berhari-hari, kakek berusia 72 tahun berusaha mengurus pembebasan istrinya. Ia sempat ikut menginap di panti sejak Senin hingga Selasa lalu untuk menunggui istrinya yang tidak kunjung bisa dibebaskan. Bahkan Endis sempat tertipu calo yang mengaku bisa membebaskan istrinya. Uang tabungan Rp 300 ribu raib dibawa kabur kemarin sore.

Maraknya calo di Panti Sosial Kedoya itu diakui oleh pihak panti. "Memang di sini rawan dan banyak calo yang mengaku bisa membebaskan dengan meminta imbalan uang dalam jumlah tertentu," kata Syaeful. Padahal menurut Syaeful, untuk membebaskan anggota keluarga yang berada di panti tidak perlu mengeluarkan uang. "Asal syarat andmintrasi terpenuhi, akan kami bebaskan tanpa harus membayar," katanya.

Selama sebulan ini saja pihaknya telah beberapa kali mendapat laporan adanya penipuan yang dilakukan calo. Pihak panti mengaku kewalahan menghadapi praktek pencaloan itu. "Sudah pernah ditegur dan dimarahi oleh Kepala Panti, tapi tetap saja marak, bahkan petugas kami sempat hampir bentrok dengan mereka," ujar Syaeful.

AGUNG SEDAYU

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengemis Tajir 2 Kali Terjaring Razia di Jaksel, Diintai 3 Bulan

1 Desember 2019

Seorang pengemis di jalan Sudirman, Jakarta (15/2). Meskipun Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengeluarkan Perda yang melarang keberadaan pengemis, namum masih banyak pengemis mencari sedekah. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pengemis Tajir 2 Kali Terjaring Razia di Jaksel, Diintai 3 Bulan

Pengemis tajir di kawasan Gandaria, Kakek Mukhlis, sudah dua kali terjaring razia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Suku Dinas Sosial.


Razia Pengemis, Kakek Ini Kantongi Uang Rp 194 Juta

30 November 2019

Ilustrasi pengemis. freeweekly.com
Razia Pengemis, Kakek Ini Kantongi Uang Rp 194 Juta

Pelaksana Tugas Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Mursidin, mengatakan seorang pengemis berusia 65 tahun terjaring dalam razia tersebut.


Viral Pengemis di Lebanon Punya Tabungan Rp 12 Miliar

6 Oktober 2019

Ilustrasi pengemis. freeweekly.com
Viral Pengemis di Lebanon Punya Tabungan Rp 12 Miliar

Seorang pengemis viral setelah ketahuan memiliki saldo rekening bank yang fantastis, sebesar 1,25 miliar pound Lebanon atau sekitar Rp 12 miliar.


Pengemis Berharta Rp 1 Miliar, Pejabat: Perlu Pendekatan Represif

21 Januari 2019

Ilustrasi pengemis. newsgram.com
Pengemis Berharta Rp 1 Miliar, Pejabat: Perlu Pendekatan Represif

Pejabat Kementerian Sosial Sonny W. Manlu, mengatakan Legiman yang sehari-hari menjadi pengemis tidak layak disebut PMKS.


Kisah Legiman, Pengemis Tajir Berharta Lebih dari Rp 1 Miliar

15 Januari 2019

Ilustrasi pengemis. theindianexpress.com
Kisah Legiman, Pengemis Tajir Berharta Lebih dari Rp 1 Miliar

Satpol PP Kabupaten Pati menangkap pengemis tajir Legiman berharta Rp 1 miliar.


Cerita Sandiaga Uno Buntuti Pengemis yang Naik Toyota Fortuner

4 Juni 2018

Santi, 36 tahun, memboyong lima anaknya dari Kuningan, Jawa Barat, untuk mengemis mencari angpao pada perayaan Imlek 2018 di Vihara Dharma Bakti, Jakarta Barat, pada Jumat, 16 Februari 2018. FOTO: TEMPO/Alfan Hilmi.
Cerita Sandiaga Uno Buntuti Pengemis yang Naik Toyota Fortuner

Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno bercerita dia pernah memergoki pengemis yang berpura-pura miskin demi mendapatkan uang.


Bawa Duit Rp 90 Juta, Pengemis Ini Terjaring Razia  

11 Oktober 2016

Ilustrasi razia pengemis. TEMPO/Dasril Roszandi
Bawa Duit Rp 90 Juta, Pengemis Ini Terjaring Razia  

Dia menargetkan mendapat uang Rp 150 juta.


Pengemis Tajir, Bermodal Cacat Fisik Raih Rp 500 Ribu Sehari

13 Juni 2016

Satpol PP Kota Tangerang Selatan merazia penyandang masalah kesejahteraan sosial, yakni para pengemis, gelandangan, dan anak jalanan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Pengemis Tajir, Bermodal Cacat Fisik Raih Rp 500 Ribu Sehari

Sepasang "pengemis gendong" yang memanfaatkan disabilitas tubuhnya untuk meminta-minta bisa meraup Rp 500 ribu dalam sehari.


Pengemis Kena Razia di Sampit, Ternyata Punya Sedan & Kartu Kredit

13 Juni 2016

Seorang pengemis menghitung uang sedekah, yang didapatkan dari sejumlah warga. Para pengemis ini berbaris di sekitar area Masjid, menunggu bantuan dari sejumlah warga.  Makassar, 17 Juli 2015. TEMPO/Fahmi Ali
Pengemis Kena Razia di Sampit, Ternyata Punya Sedan & Kartu Kredit

Diinterogasi setelah dirazia petugas di Sampit, pengemis itu menunjukkan bukti mobil sedan miliknya yang menggunakan nomor polisi Kalimantan Selatan.


Pengemis Ini Amat Tajir, Sehari Dapat Rp 40 Juta  

5 November 2015

Michael Grant atau
Pengemis Ini Amat Tajir, Sehari Dapat Rp 40 Juta  

Tim tersebut menahan pria tersebut setelah mendapatinya tengah duduk di pintu masuk rumah sakit.